kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sri Mulyani: Pernyataan IMF soal utang tak relevan buat Indonesia


Rabu, 23 Januari 2019 / 07:09 WIB
Sri Mulyani: Pernyataan IMF soal utang tak relevan buat Indonesia


Reporter: Mochammad Fauzan | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana Moneter International alias International Monetary Fund (IMF) baru saja memangkas lagi proyeksi pertumbuhan ekonomi pada 2019 dan 2020. IMF memangkas pertumbuhan ekonomi global pada 2019 menjadi 3,5% dari prediksi sebelumnya 3,7% dan tahun 2020 menjadi 3,6%  dari 3,7% .

IMF menekankan perlunya negara-negara untuk menjaga keseimbangan fiskal dengan mengurangi defisit untuk menurunkan utang. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pernyataan tersebut tidak berlaku bagi Indonesia.

Sri Mulyani mengatakan, rasio utang Indonesia terhadap gross domestic product (GDP) masih berada di angka 30%. "Untuk standar internasional itu rendah sekali," kata dia, Selasa (22/1).

Sri Mulyani melanjutkan, defisit perdagangan Indonesia juga rendah di bawah 1,8%, termasuk defisit yang kecil bila dibandingkan negara lain yang debt to GDP mereka di atas 60% dan defisit negara lain bisa di atas 2%.

Ia mengambil contoh, seperti Italia yang memiliki debt to GDP ratio di atas 100%, tapi mereka masih menginginkan defisit di atas 2,4%. "Nah untuk negara seperti inilah pernyataan IMF berlaku," tandasnya.

Menurut dia, Indonesia sudah mencapai GDP di atas 5% dan defisitnya di bawah 2%. "Jadi tidak relevan bagi Indonesia statement IMF itu," tuturnya.

Meski begitu Sri Mulyani mengakui, mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada tahun ini tidaklah mudah. Ada sejumlah tekanan yang timbul. Antara lain seperti ketidakpastian perdagangan global, pelemahan pertumbuhan ekonomi global, membuat perdagangan internasional juga diproyeksikan hanya tumbuh 4% yang sebelumnya diharapkan di atas 4,7%.

Kemudian, penutupan sebagaian pemerintah Amerika Serikat (AS) turut memperlemah momentum pertumbuhan ekonomi global. "Itu berarti di advanced country (negara maju) akan mengalami pelemahan dan Tiongkok juga harus meng-adjust ekonominya karena sudah menunjukkan adanya tanda-tanda perlambatan,"ucapnya.

Ia menambahkan, IMF juga mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi China dalam menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×