kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

S&P proyeksi kerugian Asia Pasifik capai US$ 211 miliar akibat virus corona


Minggu, 08 Maret 2020 / 12:49 WIB
S&P proyeksi kerugian Asia Pasifik capai US$ 211 miliar akibat virus corona
ILUSTRASI. Ilustrasi ekonomi di Asia Pasific yang melemah akibat virus corona


Reporter: Grace Olivia | Editor: Anna Suci Perwitasari

Di samping supply and demand shock, S&P juga memperingatkan adanya risiko lain yang akan memperbesar potensi kerugian Asia Pasifik yaitu kondisi pengetatan finansial di kawasan. 

"Volatilitas aset-aset telah meningkat, harga saham turun, dan penyebaran kredit lebih luas. Jika ini membuat bank lebih berhati-hati dalam pemberian pinjaman mereka, ini bisa memperkuat guncangan ekonomi riil di Asia Pasifik,”  tulis Kepala Ekonom Asia Pasifik S&P Shaun Roache. 

Minimnya pembiayaan eksternal di tengah ketatnya pasar keuangan berpotensi mengerek defisit neraca transaksi berjalan (CAD). Akibatnya, akan diperlukan kebijakan pengetatan suku bunga moneter, pengetatan fiskal, atau depresiasi kurs mata uang. 

Baca Juga: Wall Street tergelincir akibat kekhawatiran akan wabah virus corona kian meluas

Pada kondisi seperti ini, risiko yang paling aman diambil untuk mengatasi CAD adalah depresiasi kurs mata uang yang menurut S&P akan cukup dalam.

“Negara emerging economies di Asia yang mengalami CAD, inflasi yang tidak terjangkar, serta pasar valas yang  mismatched akan terdesak untuk mengambil kebijakan pro siklus yang dampaknya bisa memperburuk pelemahan ekonomi dan menimbulkan kerugian lebih besar di seluruh sektor,” tutur Shaun. 

Dalam analisis terbaru ini, S&P memprediksi pertumbuhan PDB Asia Pasifik tanpa China (APAC ex-China) hanya akan mencapai 3,3% di 2020, atau lebih rendah dari proyeksi pada Desember lalu yang sebesar 4%. 

S&P juga memangkas proyeksi pertumbuhan Indonesia dari sebelumnya 5,1% menjadi hanya 4,7% di 2020. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×