CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Sistem peringatan dini lonjakan impor tak berfungsi


Minggu, 29 Agustus 2010 / 14:03 WIB
Sistem peringatan dini lonjakan impor tak berfungsi


Reporter: Hans Henricus | Editor: Edy Can


JAKARTA. Sistem peringatan dini atau early warning system (EWS) untuk memantau lonjakan impor paska penerapan ASEAN China Free Trade Agreement (ACFTA) belum beroperasi. Padahal, EWS menjadi acuan untuk bertindak manakala lonjakan impor di atas 8%.

Menteri Perindustrian MS Hidayat mengakui, belum ada laporan EWS dan pemerintah belum bisa maksimal melakukan upaya safeguard atas lonjakan impor hingga saat ini. "Impor sekarang tinggi lebih dari 8% tapi kita tidak dapatkan alert, padahal penting bagi kita untuk mengantisipasi," kata Hidayat dalam kunjungan kerja ke Pelabuhan Tanjung Priok bersama Menteri Koordinator Perekonomian dan beberapa Menteri Ekonomi, Sabtu (28/8).

Hidayat memaparkan, saat ini yang masuk ke Indonesia lebih banyak barang konsumsi ketimbang impor barang modal dan bahan baku. "Ada kenaikan impor barang konsumsi sekitar 39%," kata mantan Ketua Umum Kadin itu.

Direktur Informasi Kepabeanan dan Cukai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Susiwijono mengungkapkan, program EWS belum berjalan lantaran belum ada metode penerapan EWS. "Kami dengan badan kebijakan fiskal sepakat bahwa Bea dan Cukai butuh metode, klasifikasi lapangan usaha, dan jenis barang, tapi belum diputuskan," ungkapnya

Namun demikian, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai terus memberikan pasokan data tentang 177 sektor sektor industri yang produknya mengancam pasar Indonesia. Susiwijono mengakui, penerapan ACFTA akan meningkatkan arus impor barang konsumsi. Menurutnya, hingga akhir bulan lalu impor barang konsumsi mencapai 36,46%, sedangkan impor barang modal dan bahan baku masing-masing 8,23% dan 7,7%

Melihat kondisi ini, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mendesak Kementerian Keuangan memperhatikan masalah EWS ini. Apalagi, Hatta impor barang konsumsi mulai membanjiri pasar Indonesia. "EWS harus bekerja, masalah metode harus diselesaikan dalam waktu seminggu," tutur Hatta.

Namun, Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengakui sudah menyiapkan metode EWS untuk mengantisipasi lonjakan impor. "Metodologinya saya kira sudah ada, tinggal menetapkan saja mana yang akan digunakan secara konsisten," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×