kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.806.000   14.000   0,78%
  • USD/IDR 16.565   0,00   0,00%
  • IDX 6.511   38,26   0,59%
  • KOMPAS100 929   5,57   0,60%
  • LQ45 735   3,38   0,46%
  • ISSI 201   1,06   0,53%
  • IDX30 387   1,61   0,42%
  • IDXHIDIV20 468   2,62   0,56%
  • IDX80 105   0,58   0,56%
  • IDXV30 111   0,69   0,62%
  • IDXQ30 127   0,73   0,58%

Serikat Ojol Protes Gegara Nilai BHR, Ekonom: Tidak Fair Bagi Aplikator


Rabu, 26 Maret 2025 / 12:26 WIB
Serikat Ojol Protes Gegara Nilai BHR, Ekonom: Tidak Fair Bagi Aplikator
ILUSTRASI. Pengemudi ojek online alias ojol mengangkut penumpang dari shelter Gojek di Stasiun Sudimara, Tangerang Selatan, Senin (17/3/2025). Pemerintah telah menetapkan bahwa Tunjangan Hari Raya (THR) bagi pengemudi ojol akan dicairkan paling lambat tujuh hari sebelum Hari Raya Idul Fitri 2025. Namun, pemberian THR ini tetap memiliki syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi oleh para pengemudi. Oleh karena itu, penting bagi para pekerja di sektor ini untuk memahami persyaratan yang telah ditetapkan agar dapat menerima hak mereka sesuai ketentuan yang berlaku. (KONTAN/Carolus Agus Waluyo)


Reporter: Fahriyadi | Editor: Fahriyadi .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom Ekonom Universitas Airlangga Rumayya Batubara menilai langkah sejumlah driver ojek online (ojol) yang masuk dalam Serikat Pekerja Angkutan Indonesia (SPAI) yang tidak puas dengan kategori dan besaran Bonus Hari Raya (BHR) itu tidak tepat.

Dia menilai BHR yang diterima para mitra driver ojol yang nilainya bervariasi tergantung kriteria dan kinerja itu sudah sangat cukup, mengingat pemberian BHR ini dilakukan tanpa perencanaan yang memadai bagi korporasi.

“Jika saat ini ojol melakukan demo lagi karena diberikan BHR tidak sesuai dengan harapan mereka, rasa-rasanya tidak fair bagi perusahaan aplikator,” kata Rumayya dalam keterangannya, Rabu (26/3).

Sebelumnya, para driver yang tergabung dalam SPAI melakukan protes dan mendatangi Kantor Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) pada Selasa (25/3/2025) guna menyampaikan ketidakpuasan terhadap besaran BHR yang diterima.

Sebagai informasi, Gojek membagikan BHR sejak Sabtu (22/3), sedangkan Grab dimulai pada Minggu (23/3). Tidak semua mitra pengemudi taksi online dan ojol mendapatkan bonus Lebaran mirip Tunjangan Hari Raya atau THR ini.

Baca Juga: Penyaluran BHR Harus Pertimbangkan Kelangsungan Bisnis Aplikator

Untuk kategori tertinggi, mitra Gojek mendapatkan BHR Rp 900.000 untuk Mitra roda dua dan Rp 1,6 juta untuk Mitra roda empat. Adapun Grab mitra tertinggi yakni Rp 800.000 untuk roda dua, dan Rp 1,6 juta untuk roda empat.

Rumayya menegaskan, sebenarnya pembagian BHR sudah merupakan hal yang patut dipresiasi dan disyukuri oleh para mitra ojol, taksi online dan kurir online. Pembagian BHR menunjukkan keberpihakan pemerintah, terutama Presiden Prabowo terhadap mitra driver ojol dan juga kepada kelangsungan bisnis para pelaku usaha.

“Sebab kalau dilihat saat ini ekonomi sedang tidak baik-baik saja, tetapi perusahaan aplikator mau menanggung BHR yang diperintahkan pemerintah,” ujarnya.

Ganggu Cash Flow

Dia mengatakan, dari sisi korporasi, perusahaan lazimnya membuat rencana bisnis tahunan. Dengan demikian, keputusan ojol bisa mendapat BHR padahal bukan status pekerja tetap itu sudah sangat luar biasa, karena pemberian BHR ini sesuatu yang di luar perencanaan perusahaan aplikator.

“Dan nilainya kalau dikalikan jumlah ojol itu sangat besar sekali, dan itu dari sisi korporasi dengan nilai sebesar itu tentu  akan mengganggu cash flow. Dan itu pemberiannya cepat sekali, tidak lebih dari satu bulan sudah cair atau dibayarkan kepada ojol,” tambahnya.

Rumayya mengatakan sebetulnya bukan hanya lewat BHR, perusahaan aplikator juga memiliki banyak instrumen atau program yang dapat memberikan benefit bagi mitra, seperti insentif, umrah dan program-program lainnya.

“Artinya ada upaya-upaya aplikator untuk memberikan benefit kepada drivernya. Namun itu semua perlu untuk direncanakan. Sebab itu, concern saya adalah pemerintah jangan menjadi pihak ketiga yang justru ikut memanas-manasi situasi. Jadi cukup menjadi observer saja, tidak perlu main tangan atau main kasar seperti ini,” katanya.

Dia mengatakan, hal ini penting karena perusahaan aplikator di Indonesia juga termasuk kategori valuasi tinggi alias unicorn sehingga perlu dibantu atau didukung.

“Sektor ini menciptakan lapangan kerja yang real dan konkrit. Dibandingkan minyak dan batu bara, yang tidak menyerap banyak seperti ojol. Bahkan dua sektor itu menetes ke bawah saja tidak. Untuk itu pemerintah seharusnya fair dan membantu juga, misalkan melalui potongan pajak, sehingga pemerintah juga ada effort atau reward kepada mereka yang membantu pemerintah dalam menyerap tenaga kerja,” ucapnya.

Rumayya mengatakan aplikasi saat ini berfungsi sebagai bumper ekonomi. Ia mengaku pernah mengobrol dengan driver ojol ketika menggunakan layanan ojek online. naik ojol, dan driver tersebut cerita kalau dia sebelumnya bekerja 13 tahun di perusahaan swasta di bagian ekspor impor, dan sekarang menjadi driver ojol. Ini sekaligus bukti bahwa aplikator ini jadi bumper ekonomi, sehingga pemerintah harus membantu perusahaan ini,dan  jangan hanya member tekanan.

Selanjutnya: Valuasi Mall Milik One Global Capital di Sydney Melesat

Menarik Dibaca: Ragam Promo Janji Jiwa Mudik: Mulai dari Buy 2 Get 1 Minuman hingga Cashback 100%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×