CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.513.000   -30.000   -1,94%
  • USD/IDR 15.740   98,00   0,62%
  • IDX 7.244   -140,01   -1,90%
  • KOMPAS100 1.117   -21,26   -1,87%
  • LQ45 887   -14,43   -1,60%
  • ISSI 220   -4,35   -1,94%
  • IDX30 457   -6,42   -1,38%
  • IDXHIDIV20 554   -6,30   -1,12%
  • IDX80 128   -2,00   -1,53%
  • IDXV30 139   -0,11   -0,08%
  • IDXQ30 153   -1,86   -1,20%

Rupiah Melemah, Pembayaran Utang dan Belanja Subsidi Berpotensi Bengkak Rp 30 Triliun


Rabu, 12 Juni 2024 / 17:47 WIB
Rupiah Melemah, Pembayaran Utang dan Belanja Subsidi Berpotensi Bengkak Rp 30 Triliun
ILUSTRASI. Suasana bongkar muat peti kemas di kawasan Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (20/5/2024). Rupiah Melemah, Pembayaran Utang dan Belanja Subsidi Berpotensi Bengkak Rp 30 Triliun.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah bisa menyebabkan belanja subsidi dan pembayaran utang pemerintah Indonesia membengkak.

Ekonom dari Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, menghitung, jika nilai tukar rupiah mencapai Rp 16.300 per dolar AS, jauh dari asumsi dalam APBN 2024 sebesar Rp 15.000 per dolar AS, maka akan mengakibatkan peningkatan belanja subsidi dan pembayaran utang sebesar Rp 30 triliun.

“Ini berarti pemerintah harus menyediakan tambahan anggaran sebesar Rp 30 triliun untuk menutupi peningkatan biaya yang disebabkan oleh pelemahan nilai tukar tersebut,” tutur Yusuf kepada Kontan, Rabu (12/6).

Baca Juga: Rupiah Nyaris Tembus Rp 16.300 per Dolar AS, Begini Dampaknya ke Belanja Negara

Ia menyampaikan, alasan utang pemerintah bisa membengkak, karena sebagian utang pemerintah Indonesia dalam mata uang asing, terutama dolar AS. 

Menurutnya, pelemahan nilai tukar rupiah akan menyebabkan pemerintah harus mengeluarkan lebih banyak rupiah untuk memenuhi kewajiban pembayaran utang dalam mata uang asing.

Jika peningkatan beban bunga tidak diimbangi dengan peningkatan penerimaan atau pengurangan pengeluaran lain, maka defisit APBN akan meningkat.

Di samping itu, Yusuf menambahkan, beban utang yang meningkat juga dapat mempengaruhi persepsi pasar dan investor terhadap stabilitas fiskal, serta kemampuan pemerintah untuk memenuhi kewajiban utangnya, yang pada akhirnya dapat mengurangi kredibilitas fiskal.

Pun dengan biaya subsidi khususnya energi yang juga berpotensi bengkak. Alasanya karena, biaya impor energi seperti minyak dan gas juga akan meningkat akibat menguatnya dollar AS.

Baca Juga: Emiten Otomotif Masih Diselimuti Ketidakpastian, Cermati Rekomendasi Analis

“Sehingga meningkatkan jumlah subsidi yang harus dibayar oleh pemerintah untuk menjaga harga energi tetap terjangkau bagi masyarakat,” ungkapnya.

Yusuf menyebut, pemerintah mungkin bisa terpaksa untuk memilih opsi dengan menaikkan harga bahan bakar dan energi jika biaya subsidi menjadi terlalu besar.

Namun, kenaikan harga energi dan barang impor lainnya akibat pelemahan rupiah dapat memicu inflasi yang lebih tinggi, sehingga menambah beban bagi masyarakat dan ekonomi secara keseluruhan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×