Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat belanja kementerian dan lembaga (K/L) mencapai Rp 633,5 triliun sampai Oktober 2019. Di sisa dua bulan menuju akhir tahun, serapan belanja modal tercatat sebagai yang paling lambat.
Kemenkeu, Senin (18/11), melaporkan, realisasi belanja modal baru mencapai Rp 100,8 triliun atau 53,2% dari pagu yang ditetapkan yaitu Rp 189,3 triliun.
Baca Juga: Realisasi belanja pemerintah pusat hingga Oktober baru 68% dari pagu
Belanja modal masih mengalami kontraksi alias tumbuh negatif (-) 6,1% secara year-on-year (yoy).
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan, eksekusi belanja modal lebih rendah akibat proses pembebasan lahan yang berjalan lebih lamban sepanjang tahun ini.
“Juga karena adanya penyelesaian lelang yang lebih rendah dari target atau efisiensi pemanfaatan sisa tender,” kata Menkeu.
Kendati penyerapan belanja modal lebih lambat, Sri Mulyani memastikan pembangunan di dalam negeri tetap berjalan, di antaranya pembangunan jalan baru yang mencapai 183,4 kilometer (km), pembangunan jalan tol 9,3 km, dan pembangunan jembatan 6,43 km oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) hingga akhir Oktober lalu.
Baca Juga: Sri Mulyani telah cairkan dana desa Rp 52 triliun hingga Oktober 2019
Direktur Jenderal Anggaran Askolani menyatakan, optimistis penyerapan belanja modal hingga akhir tahun bisa mencapai 90% dari pagunya seperti capaian tahun lalu.
“Sekitar 1%-2% di atas tahun lalu lah (penyerapan). Sebab sebenarnya belanja modal ini tinggal eksekusi, maksudnya hanya dokumentasi dan pelaporan membayar saja. Kegiatan fisiknya sebagian besar sudah jadi dan berjalan,” tutur Askolani, Senin (18/11).
Sementara terkait pertumbuhan realisasi belanja modal yang negatif, Askolani mengingatkan hal itu terjadi lantaran pagu yang ditetapkan pemerintah tahun ini lebih rendah dari tahun lalu.
Belanja modal dalam APBN 2019 sebesar Rp 189,3 triliun, lebih rendah dari pagu APBN 2018 yang mencapai Rp 203,9 triliun.
Baca Juga: Tarik kembali dana desa fiktif, Kemenkeu masih konsolidasi data
“Karena pagunya lebih rendah dari tahun lalu, otomatis angka pertumbuhannya negatif. Tapi kalau dari persentase serapan kan lebih tinggi dari tahun lalu,” tandas Askolani.
Di sisa dua bulan ini, pemerintah optimis mampu menggenjot belanja modal agar mencapai target realisasi penyerapan. Peningkatan belanja modal pada November dan Desember sejalan dengan rampungnya proses pelelangan, kemajuan output fisik pekerjaan, serta termin akhir penarikan dana.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News