Reporter: Ramadhani Prihatini | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Keuangan (Kemkeu) mencatatkan penyerapan belanja modal hingga 30 September 2017 masih belum optimal. Direktorat Jenderal Anggaran Kemkeu mencatatkan hingga akhir bulan lalu, penyerapan belanja modal negara baru mencapai Rp 90 triliun atawa 43% dari target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) sebesar Rp 206,2 triliun.
Dirjen Anggaran Kemkeu RI, Askolani menyatakan penyerapan belanja modal pada bulan lalu, tumbuh 9,7% secara year on year (YoY) ketimbang periode yang sama tahun lalu dengan penyerapan Rp 82 triliun. Salah satu pendorong penyerapan belanja modal yang cukup tinggi ia bilang belanja dari Kementerian/Lembaga.
"Terdorong dari komitmen belanja K/L yang tinggi, terutama di Kementerian PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) yang paling dominan," kata Askolani kepada KONTAN, Senin (16/10).
Terpisah, Ekonom Maybank Indonesia, Juniman menyatakan masih minimnya penyerapan belanja modal negara masih terkendala karena berkaitan dengan pembebasan lahan dan birokrasi di lapangan.
Menurutnya, realisasi dari proyek infrastruktur yang dibangun pemerintah juga terhambat masalah legalitas. "Ini yang masih terulang setiap tahunnya," kata Juniman.
Melihat realisasi yang ada, ia memperkirakan hingga akhir tahun penyerapan belanja modal pemerintah maksimal hanya akan menyentuh 90%. Menurutnya, pencapaian 100% akan terhambat oleh implementasi di lapangan.
Juniman menegaskan, untuk menyerap belanja hingga 90% pemerintah harus melakukan beberapa langkah. Pertama, dengan sisa waktu tiga bulan hingga akhir tahun pemerintah harus membuat skala prioritas proyek mana yang bisa jalan di tahun ini.
Kedua, monitoring proyek harus dioptimalkan untuk identifikasi permasalahan yang ada di lapangan. Ketiga, pemerintah harus mempercepat pembebasan lahan, lantaran persoalan ini kerap menjadi penghambat penyerapan modal yang paling krusial.
"Tiga hal ini yang bisa cepat dilakukan pemerintah supaya belanja pemerintah penyerapannya bisa 90% sampai akhir tahun," jelas dia.
Ia menekankan, jika penyerapan belanja modal negara kembali tak optimal seperti tahun-tahun sebelumnya, hal tersebut akan membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia makin landai. Dan stimulus perekonomian yang telah diberikan pemerintah akan terbuang sia-sia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News