Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara menilai, tambahan pagu anggaran belanja modal pemerintah tahun ini sudah tepat. Namun, pemerintah dinilainya memiliki pekerjaan rumah untuk merealisasikannya.
Bhima mengatakan, anggaran belanja modal akan mempengaruhi investasi meski sumbangannya tak terlalu besar. Meski begitu, anggaran belanja modal memberikan efek berganda ke sektor perekonomian, khususnya melalui pembangunan infrastruktur. Oleh karena itu, ia menilai penambahan anggaran tersebut sudah tepat.
"Tetapi problemnya selama ini lebih ke penyerapan belanja modal dua tahun terakhir rendah yakni hanya 78% di tahun 2015 dan 80% di tahun 2016," kata Bhima kepada KONTAN, Rabu (6/9).
Lebih lanjut menurutnya, belanja modal merupakan salah satu pos penyerapan belanja yang rendah.
Data yang dikumpulkan Indef sejak 1970-2010 kata dia, menemukan bahwa hasil tingkat belanja modal terhadap investasi pemerintah hanya berkisar pada 30%.
"Tidak semua belanja modal jadi infrastruktur atau investasi pengembangan industri," tambahnya.
Pihaknya meminta pemerintah tidak hanya meningkatkan porsinya, tetapi juga mendorong efektivitas penggunaannya.
Menurut Bhima, pembaharuan atau refocusing alokasi anggaran ke sektor yang produktif menjadi syarat utama untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 5,2% di sisa tahun ini.
Dalam APBN-P 2017, pemerintah menambah anggaran belanja modal sebesar Rp 11,9 triliun menjadi Rp 206,2 triliun dari pagu dalam APBN. Tak hanya itu, pemerintah juga menambah anggaran belanja barang sebesar Rp 22,2 triliun menjadi Rp 318.8 triliun dari pagu dalam APBN.
Mengenai tambahan belanja barang, Bhima melihat dampaknya kecil terhadap pertumbuhan ekonomi. Sebab, "kalau belanja barang sekali konsumsi selesai," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News