kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45922,05   12,74   1.40%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Proyeksi BI, defisit NPI 2015 capai US$ 6 miliar


Senin, 23 November 2015 / 11:22 WIB
Proyeksi BI, defisit NPI 2015 capai US$ 6 miliar


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Ketidakpastian kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, di akhir tahun 2015 membuat gejolak nilai tukar rupiah terhadap dollar AS kembali naik. Hal tersebut diperkirakan mengakibatkan neraca modal dan finansial semakin timpang.

Bank Indonesia (BI) pun memproyeksikan, neraca Pembayaran Indonesia (NPI) tahun ini bakal defisit. Menurut Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara, defisit terjadi akibat neraca jasa masih akan mengalami defisit hingga akhir 2015.

Untuk investasi portofolio, tahun ini diperkirakan masih ada arus dana masuk, tetapi angkanya lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu. Defisit terjadi karena investor menjual portofolio saham dan obligasinya sehingga inflow lebih sedikit. "Jadi NPI defisit antara US$ 5 miliar - US$ 6 miliar," kata Mirza, pekan lalu. Padahal NPI tahun lalu masih surplus US$ 15 miliar.

Seperti diketahui, hingga kuartal ketiga 2015, NPI mencatatkan defisit US$ 4,6 miliar, lebih besar dibanding kuartal kedua 2015 US$ 2,93 miliar

2016, mungkin surplus

Sektor neraca jasa memang masih mencetak defisit sebesar US$ 2 miliar. Angka ini mengalami perbaikan ketimbang kuartal kedua 2015 yang defisit US$ 2,7 miliar. BI pun memproyeksikan, current acount deficit (CAD) tahun ini di kisaran 2%-2,1% dari PDB. Angka ini lebih rendah dibandingkan CAD 2015 yang 2,95% dari PDB atau US$ 26,2 miliar.

Walaupun begitu, Mirza meyakini, NPI tahun depan akan lebih baik. Bahkan, NPI bisa mencatatkan surplus. Optimisme ini didukung oleh adanya kepastian kenaikan suku bunga The Fed. Apalagi, kenaikan suku bunga The Fed pertama sebesar 0,25% sejak lima tahun lalu paling ditunggu-tunggu pelaku pasar.

"Menurut saya, kenaikan suku bunga pertama paling penting. Kenaikan kedua mungkin penting. Kenaikan ketiga tidak terlalu penting. AS pernah dari 1% kembali ke 5% tahun 2004-2006," tutur Mirza.

Analis ekonomi senior Kenta Institute Eric Sugandi memproyeksikan, NPI tahun ini akan mengalami defisit hingga US$ 8 miliar. Defisit tersebut terjadi karena derasnya arus keluar pada investasi portofolio menjelang kenaikan suku bunga The Fed.

Pada 2016, Eric memproyeksi NPI bisa positif jika CAD mengecil dan surplus neraca modal dan finansial kian besar. "Investasi asing langsung tetap positif. Kuncinya, investasi portofolio harus surplus besar," kata Eric.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×