Reporter: Ratih Waseso | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Joko Widodo (Jokowi) meluncurkan pelepasan ekspor perdana tahun 2022 smelter grade alumina produksi PT Bintan Alumina Indonesia di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Galang Batang, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau.
Total ada 20.000 ton produk turunan bauksit tersebut yang dilepas ekspor dengan nilai US$ 7,7 atau sekitar, Rp 100 miliar. Industri pengolahan bauksit di KEK Galang Batang, dilakukan oleh PT Bintan Alumina Indonesia (BAI).
"Dengan mengucap bismillahirrohmanirrohim pada sore hari ini saya luncurkan pelepasan ekspor perdana 2022 smelter grade alumina produksi PT Bintan Alumina Indonesia," kaya Jokowi dikutip dari Kanal YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (25/1).
Jokowi menekankan pentingnya hilirisasi industri dengan mulai menghentikan ekspor bahan mentah. Presiden pun mendorong agar perusahaan-perusahaan dapat melakukan pengolahan bahan mentah menjadi barang jadi atau setengah jadi sehingga meningkatkan nilai tambah dari produk tersebut.
Baca Juga: Bertemu PM Singapura, Jokowi Dorong Kerja Sama dari Bidang Ekonomi hingga Pendidikan
“Jangan berpikir ekspor bahan mentah ekspor raw material, nggak, nggak, nggak, memang pola pikir kita emang harus kita diubah, harus menjadi negara industri kalau kita mau maju. Karena nilai tambahnya ada di situ dengan resiko apapun satu persatu akan saya stop," tegasnya.
Hilirisasi industri dijelaskan akan memberikan banyak keuntungan bagi negara, mulai dari pajak perusahaan, pajak pribadi, penerimaan negara bukan pajak hingga pembukaan lapangan kerja bagi masyarakat. “Yang paling penting membuka lapangan kerja yang sebanyak-banyaknya, bisa 7.000, kemarin di Konawe 27.000, di Morowali 45.000, ini yang dibutuhkan rakyat,” imbuhnya
Jokowi kembali menegaskan bahwa pemerintah akan tetap menghentikan ekspor minerba dalam bentuk bahan mentah meskipun kebijakan tersebut nantinya akan mendapatkan protes dari berbagai negara melalui Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
“Dengan risiko apapun satu persatu akan saya stop. Nikel ore stop ini kita digugat oleh WTO, silakan gugat. Nanti stop bauksit, stop, mesti ada yang gugat lagi silakan gugat enggak apa-apa kita hadapi. Kalau nggak sejak zaman VOC sampai kapanpun kita nyaman menjadi pengekspor bahan mentah mentah enggak rampung-rampung," sambungnya.
Baca Juga: Dorong Hilirisasi Batubara, Dirjen Minerba: Hilirisasi Merupakan Amanat Undang-Undang
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan, bauksit yang diolah menjadi alumina akan memberikan nilai tambah hingga 16 kali lipat dibandingkan ekspor bahan mentahnya.
"Arahan Pak Presiden untuk mengurangi atau menahan atau menyetop ekspor bauksit, kalau semuanya dibuat seperti ini ekspor kita akan meningkat 16 kali lipat," kata Airlangga.
Hingga akhir tahun ini Airlangga menyebut smelter ini ditarget mampu memproduksi hingga 2 juta ton
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News