Reporter: TribunNews | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bencana banjir bandang dan longsor yang melanda Kota Sibolga, Tapanuli Utara, dan Tapanuli Tengah terus menelan korban. Data BPBD Sumatera Utara per Kamis (27/11/2025) mencatat jumlah korban meninggal di Sibolga bertambah menjadi 17 orang.
Kepala BPBD Sumut Tuahta Rama J. Saragih mengatakan banjir bandang dan longsor melanda empat kecamatan di Sibolga, yakni Sibolga Kota, Sibolga Selatan, Sibolga Utara, dan Sibolga Sambas.
“Banjir dan longsor ini disebabkan curah hujan yang cukup ekstrem,” ujarnya.
Pendataan kerusakan rumah, infrastruktur, serta korban hilang masih berlangsung, sementara tim terus melakukan evakuasi di lapangan.
Baca Juga: Puan Minta Pemerintah Gerak Cepat Tangani Banjir dan Longsor di Sumatra Utara
Dari Polda Sumut, data terbaru menyebut total 212 warga terdampak, terdiri dari 43 orang meninggal dunia, 81 luka-luka, dan 88 masih dicari.
Sebanyak 1.168 warga terpaksa mengungsi. “Jumlah korban meninggal dunia 43 orang dan korban hilang 88 orang,” kata Kabid Humas Polda Sumut Kombes Pol Ferry Walintukan.
Di sisi penanganan, Kepala BNPB Letjen Suharyanto mengungkapkan Presiden Prabowo Subianto terus memonitor situasi sejak kabar bencana muncul.
Ia menyebut Presiden melalui Sekretaris Kabinet memerintahkan BNPB turun langsung dan memastikan seluruh kementerian serta lembaga terlibat dalam membantu warga.
“Presiden selalu monitor perkembangan di lapangan dan meminta percepatan bantuan,” kata Suharyanto.
Baca Juga: Ditjen Pajak Temukan 71% Perusahaan Sawit di Sumatra Utara Berisiko Pajak Tinggi
Akses ke sejumlah wilayah masih terputus akibat banjir dan longsor, membuat distribusi bantuan melalui udara maupun darat terhambat.
BNPB kini membuka jalur komunikasi dan transportasi, termasuk memodifikasi cuaca agar pesawat bantuan dapat masuk ke titik bencana. Tim bantuan telah tiba di Bandara Silangit dan berkoordinasi dengan BPBD, TNI, Polri, dan pemerintah daerah.
Sementara itu, WALHI Sumatera Utara menilai bencana ini berkaitan erat dengan kerusakan ekosistem Batang Toru. Manajer Advokasi WALHI Sumut, Jaka Kelana Damanik, menyebut mayoritas wilayah Sumut masuk kategori risiko tinggi banjir dan longsor berdasarkan kajian risiko bencana 2022–2026.
“Hanya Kabupaten Samosir yang masuk kategori risiko rendah, sedangkan sebagian besar wilayah berada pada kelas risiko tinggi,” ujarnya.
Jaka menegaskan bencana tidak hanya dipicu hujan, tetapi juga kerusakan lingkungan akibat deforestasi dan kebijakan yang tidak berpihak pada konservasi.
Ia menyoroti maraknya pembukaan hutan di ekosistem Batang Toru oleh perusahaan berizin, yang membuat wilayah tersebut semakin rentan. “Negara berperan besar atas bencana ekologis yang terjadi saat ini,” tegasnya.
Baca Juga: Ditjen Pajak Temukan Rp 20 Triliun Sektor CPO di Sumatra Utara yang Belum Tergali
WALHI kembali mengingatkan pentingnya perlindungan Batang Toru, hutan tropis terakhir di Sumut yang menjadi habitat orangutan tapanuli, agar bencana serupa tidak terus berulang.
Sumber: https://medan.tribunnews.com/news/1771118/respons-prabowo-soal-bencana-alam-di-sumut-bnpb-dan-kementerian-tiba-di-bandara-silangit?page=all.
Selanjutnya: Belanja Daerah Rendah, Menkeu Ungkap Alasan Pemda Mengendapkan Dana di Perbankan
Menarik Dibaca: 5 Vitamin Penghilang Flek Hitam di Wajah, Salah Satunya Vitamin B3
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













