Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah berencana membangun 25.000 gudang beras improvisasi alias darurat demi menampung serapan beras oleh Perum Bulog. Meski demikian, hal ini menuai kritik pasalnya anggaran untuk membangun gudang tersebut dinilai tak kecil.
Pengamat Pertanian sekaligus Guru Besar IPB University, Dwi Andreas Santosa mengatakan bahwa saat ini kapasitas gudang Bulog mampu menampung sekitar 4 juta ton beras. Menurutnya, terdapat gudang yang bisa menampung 500.000 ton dengan kondisi tidak layak pakai.
Untuk itu, dia menyarankan, sebaiknya pemerintah memperbaiki gudang tersebut ketimbang membangun gudang baru yang bakal menguras anggaran cukup besar.
“Jadi ada gudang berkapasitas 500.000 ton yang tidak layak pakai, lebih baik memperbaiki gudang-gudang itu. Karena membangun gudang baru selain dana besar harus membeli tanah dan membangun gudangnya dan sebagainya,” ujarnya kepada KONTAN, Selasa (13/5).
Baca Juga: Pemerintah Sewa Gudang Tambahan Kapasitas 1,1 Juta Ton untuk Serap Gabah Petani
Dwi mengungkapkan, kapasitas gudang Bulog saat ini hanya mampu menampung sekitar 10% produksi padi nasional. Dia menilai, stok beras yang kini diungkap pemerintah tertinggi sejak 57 tahun terakhir atau sebesar 3,5 juta ton, 1,5 juta ton merupakan beras sisa impor tahun lalu.
“Itu 1,5 juta tonnya adalah beras impor tahun lalu, bukan serapan dalam negeri semua. Bisa jadi dari 1,5 juta ton karena total impor tahun lalu antara pemerintah dan swasta 4,5 juta ton,” ungkapnya.
Dwi menyebutkan, stok beras tersebut sebelumnya telah digunakan sebagian untuk bantuan sosial (bansos) dan sebagainya, serta sisanya kini masih berada di gudang Bulog.
Menurutnya, potensi kerusakan 1,5 juta ton beras itu cukup tinggi sebab telah disimpan lebih dari enam bulan, maka dia menilai bahwa potensi disposal atau penghentian penggunaan beras Bulog akibat kualitas yang menurun bakal sangat besar.
“Kalau disposal lebih dari 100.000 ribu ton itu kerugian negara bisa di atas Rp 1 triliun itu yang harus diperhatikan. Lebih baik memperbaiki fasilitas gudang Bulog yang ada sekarang ini sehingga mampu menyimpang beras dalam jangka waktu yang lebih panjang,” tegasnya.
Baca Juga: Bulog Pastikan Kesiapan Gudang Untuk Serap Beras 3 Juta Ton
Lebih lanjut, Dwi menambahkan, pembangunan gudang baru Bulog perlu dipikirkan matang-matang, pasalnya belum tentu gudang tersebut bakal dipakai secara maksimal mengingat produksi padi yang fluktuatif.
“Belum tentu nanti akan terpakai juga akhirnya untuk tahun-tahun berikutnya. Kalau produksi tahun berikutnya turun lalu serapan Bulog rendah gimana? Memang gudang tak butuh biaya pemeliharaan dan lain sebagainya? Siapa yang dirugikan?” pungkasnya.
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto menginstruksikan pembangunan 25.000 gudang improvisasi berbahan tahan lama di berbagai wilayah. Gudang-gudang ini dirancang untuk bertahan 5 hingga 10 tahun, sambil menunggu pembangunan gudang permanen di setiap desa.
“Sebanyak 25 ribu gudang improvisasi akan dibuat dari bahan-bahan yang lumayan bisa bertahan 5 sampai 10 tahun, sembari nanti kita bangun gudang permanen di tiap desa,” ungkap Prabowo.
Baca Juga: Produksi Beras Indonesia Diramal Sentuh 34,6 Juta Ton, Tertinggi di ASEAN
Selanjutnya: Masih di Bawah Target, Porsi Pembiayaan Fintech Lending ke UMKM Baru 35,10%
Menarik Dibaca: Ancam Posisi KKN di Desa Penari, Jumlah Penonton Film Jumbo Tembus 9,47 Juta
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News