kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.929.000   -4.000   -0,21%
  • USD/IDR 16.274   -99,00   -0,60%
  • IDX 7.927   68,06   0,87%
  • KOMPAS100 1.113   9,98   0,90%
  • LQ45 829   6,70   0,81%
  • ISSI 265   0,63   0,24%
  • IDX30 429   3,15   0,74%
  • IDXHIDIV20 497   3,62   0,73%
  • IDX80 125   1,07   0,86%
  • IDXV30 133   1,90   1,45%
  • IDXQ30 139   1,18   0,85%

Potensi Ekonomi Syariah Besar, tapi Belum Banyak Tergali


Senin, 25 Agustus 2025 / 20:49 WIB
Potensi Ekonomi Syariah Besar, tapi Belum Banyak Tergali
ILUSTRASI. Ilustrasi ekonomi syariah. KONTAN/Muradi/2016/09/13


Reporter: Indra Khairuman | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Potensi ekonomi syariah Indonesia, sebagai negara dengan populasi muslim terbesar, belum dimaksimalkan dalam perencanaan anggaran. Termasuk di Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026.

Sektor-sektor seperti keuangan, makanan halal, dan pariwisata halal memberikan peluang signifikan untuk pertumbuhan ekonomi, tapi masih ada berbagai tantangan dalam pengembangannya.

Abdul Hakam Naja, Peneliti Center for Sharia Economic Development (CSED) Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mengatakan, populasi muslim di dunia terus berkembang pesat.

“Tahun 2023 sebanyak 2 miliar orang dan diperkirakan mencapai 2,2 miliar orang pada 2030. Bahkan di tahun 2050 itu 2,8 miliar orang atau hampir 30% persen penduduk dunia,” ujar Hakam dalam acara diskusi publik Indef, Senin (25/8/2025).

Nah, kata Hakam, Indonesia menyumbang sekitar 12% dari jumlah populasi muslim dunia, yang setara dengan sekitar 240 juta orang. Menurutnya, potensi ini harus diperhatikan dalam penyusunan RAPBN 2026.

“Belanja umat Islam di global itu mencapai US$ 2,43 triliun atau kalau equivalen dengan ya  Rp 39.441 triliun,” jelas Hakam. 

Baca Juga: Potensi Ekonomi Syariah Besar tapi Kawasan Industri Halal Belum Optimal

Selain itu, kata Hakam, ada potensi yang signifikan dalam sektor lain, seperti keuangan islam yang mencapai US$ 4,93 triliun atau hampir Rp 80.000 triliun secara global.

“Ini empat kali lipat produk domestik bruto PDB kita dan ya hampir 15 kali lipat atau 20 kali lipat lebih RAPBN kita tahun 2026,” kata Hakam.

Hakam mengatakan, meski Indonesia punya potensi yang besar, posisi Indonesia dalam industri perdagangan halal masih tertinggal.

Ia mencatat, Indonesia merupakan negara pengimpor terbesar dalam perdagangan halal, dengan defisit mencapai US$ 17,31 miliar pada perdagangan halal di anatara negara-negara organisasi kerja sama islam (OKI) pada 2023.

“Jadi eksportir terbesar adalah Cina. Kedua India, ketiga Brasil. Lalu, Rusia dan Amerika Serikat,” kata Hakam.

Baca Juga: BI: Ekonomi Syariah Indonesia Masuk 3 Besar Dunia, Tapi Aset Perbankan Syariah 7,35%

Selanjutnya: PSSI Umumkan Alexander Zwiers Sebagai Direktur Teknik

Menarik Dibaca: Prediksi Newcastle vs Liverpool: The Reds Tantang The Magpies di St James' Park

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis Procurement Strategies for Competitive Advantage (PSCA)

[X]
×