Reporter: Indra Khairuman | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pemerintah menekankan pentingnya mengembangkan sektor riil dalam ekonom syariah dengan konsep halal value chain. Konsep ini dinilai punya potensi besar namun belum berkembang optimal, termasuk di kawasan industri halal yang sudah ada.
Susiwijono Moegiarso, Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyebut pentingnya mendorong sektor riil dalam ekonom syariah dengan penguatan konsep halal value chain. Ia mengatakan selama ini perkembangan keuangan syariah, seperti perbankan, jauh lebih pesat dibandingkan dengan sektor riil, sehingga perlu ada keseimbangan.
"Faktanya sampai ini harus kita tanyakan, apa dari ekonomi syariah yang bisa kita banggakan, kita banggakan, success story-nya apa, hampir masih belum ideal semuanya," ujar Susiwijono dalam Sarasehan Nasional Ekonomi Syariah, Rabu (13/8/2025).
Baca Juga: Strategi Industri Halal Kemenperin: dari Infrastruktur Nasional ke Pasar Dunia
Susiwijono menjelaskan, kontribusi ekonomi syariah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 46,9%. Namun angka tersebut masih harus ditinjau untuk memastikan apakah sektor riil sudah dominan. Meski potensi yang ada sangat besar, realisasi di lapangan masih belum optimal, khususnya dalam industri halal dari hulu hingga hilir.
"Supply chain itu rantai pasok barang kita, mulai proses pembuatan, produksi, bahan bakunya, sampai ke pengelolaan logistik dan distribusi," jelas Susiwijono.
Susiwijono menambahkan, saat ini ada empat Kawasan Industri Halal (KIH) di Indonesia, yaitu di Bintan, Cikande, Sidoarjo, dan Javapica, tapi perkembangannya masih tertinggal dibandingkan dengan kawasan industri lainnya. Contohnya, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kendal sudah memiliki lebih dari 115 tenant industri, sedangkan KIH belum menunjukkan pertumbuhan yang signifikan.
Ia bilang, KIH Sidoarjo sedang didorong untuk menjadi KEK halal pertama di Indonesia. Dengan luas sekitar 800 hektare, target investasinya mencapai Rp90 triliun dalam 30 tahun, meski saat ini baru terealisasi sekitar Rp 451 miliar dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 800 orang.
"Kalau ini jadi, investor yang antre, mulai dari beberapa industri di China," kata Susiwijono.
Baca Juga: Menilik Potensi Industri Mamin dari Investasi Baru Hingga Pasar Halal Global
Susiwijono menyebut, salah satu potensi besar yang bisa digarap adalah industri gelatin, yang seringkali menggunakan bahan baku dari babi, namun bisa diproduksi dari sumber halal untuk pasar Timur Tengah. Proses produksi di kawasan itu nantinya akan diawasi ketat, mulai dari sertifikasi bahan baku sampai distribusi produk akhir.
"Proses produksi, mulai produksi berjenjang tadi, pengolahan, sampai ke nanti distribusinya, kita siapkan," kata Susiwijono.
Ia menekankan, konsep halal value chain bukan hanya sekedar memberikan label halal di produk, tapi mencakup semua proses dari hulu sampai hilir sesuai dengan prinsip syariah. Jika konsep ini terwujud, Indonesi berpotensi untuk jadi pusat produksi halal dunia dengan pasar utama di negara-negara islam.
Selanjutnya: 10 Kebiasaan Setiap Hari yang Bisa Membuat Orang Menjadi Kaya, Apa Saja?
Menarik Dibaca: Jadwal Piala Kemerdekaan 2025: Persiapan Timnas U-17 Sebelum Piala Dunia Qatar
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News