Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli
Kendati porsi penerbitan SBN rupiah lebih besar, Rendy mengingatkan, kepemilikan investor asing pada surat utang domestik juga besar yaitu sekitar 38%.
“Kalau SBN lebih banyak terbit dalam mata uang asing, maka ketika ada sedikit saja gejolak global, dampaknya akan sangat besar ke pasar keuangan dalam negeri, terutama pada nilai tukar rupiah. Ini yang dihindari pemerintah sepertinya,” kata Rendy, Senin (16/12).
Baca Juga: Utang luar negeri Indonesia naik 11,9% yoy pada Oktober 2019
Oleh karena itu, penerbitan SBN rupiah yang lebih besar porsinya dinilai cukup tepat dan bijaksana. Meski perang dagang AS dan China yang menjadi sumber ketidakpastian terbesar mulai menunjukkan arah positif, ia menilai perubahan di pasar keuangan tahun depan masih bisa sangat cepat terjadi di tengah tren perlambatan ekonomi.
Toh, SBN rupiah menurut Rendy masih dianggap sangat atraktif oleh para investor lantaran menawarkan tingkat imbal hasil relatif lebih tinggi ketimbang surat utang domestik negara tetangga lainnya.
Baca Juga: Kepemilikan asing di SBN mencapai Rp 1.068 triliun
“Jadi meski porsi SBN rupiah lebih besar, semestinya tidak akan mengurangi antusiasme investor dalam berburu SBN tahun depan,” sambungnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News