Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID–JAKARTA. Menjelang tenggat negosiasi dagang dengan Amerika Serikat pada 9 Juli 2025, Pemerintah Indonesia telah menyerahkan second offer resmi kepada AS, yakni di antaranya investasi mineral kritis (critical minerals) dan Ekosistem EV.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut bahwa Indonesia saat ini tengah menunggu tanggapan lebih lanjut terkait dengan second offer tersebut.
Lebih lanjut Airlangga menjelaskan, pengajuan kerja sama investasi di sektor mineral kritis (critical minerals) kini menjadi kebutuhan strategis dalam transisi energi global dan industri teknologi tinggi.
Baca Juga: Jelang Tenggat Negosiasi Dagang 9 Juli, Airlangga: Second Offer Sudah Diterima AS
“Indonesia juga menawarkan critical mineral ke AS untuk bersama Danantara untuk melakukan investasi di dalam ekosistem critical mineral, dan Indonesia sendiri juga sudah mengatakan kebutuhan energi dan agrikultur itu sebagian juga akan diambil dari AS,” ungkap Airlangga usai Konfrensi Pers, Senin (30/6).
Ia menyebut kesiapan pemerintah yakni untuk membuka peluang investasi AS pada proyek brownfield yang sudah eksis di Indonesia.
"Critical mineral kepada brownfield project yang ada di Indonesia, jadi itu sudah clear kita tawarkan ke AS," ungkap Airlangga.
Airlangga juga menjelaskan bahwa AS sebenarnya sudah memiliki kehadiran lama di sektor mineral Indonesia, khususnya pada proyek tembaga melalui Freeport sejak 1967. Tembaga merupakan salah satu mineral kritis yang dibutuhkan dalam berbagai industri seperti elektronik, militer, dan antariksa.
“Kita sudah punya copper cathodes dan itu ada Amerika di dalamnya,” tambahnya.
Pemerintah juga memperluas tawaran menuju ekosistem kendaraan listrik (EV), terutama untuk mineral seperti nikel dan lainnya. Airlangga menyebut, tawaran tersebut dinilai cukup menarik oleh pihak AS, meskipun rincian proyeknya masih dalam tahap tertutup (non-disclosure).
Baca Juga: Pemerintah Merevisi Kebijakan Impor, Beri Relaksasi Impor 10 Komoditas
Selain investasi, pemerintah juga mulai mengakomodasi sejumlah perubahan regulasi sebagai bagian dari pembahasan dagang bilateral.
Salah satu poin yang menjadi sorotan adalah kemudahan perizinan impor dan penghapusan hambatan non-tarif. Proses ini dilakukan bertahap sesuai dengan progres negosiasi tarif.
“Itu bertahap semuanya, ada yang sudah kita jalankan, dan ada yang nanti tergantung pada perundingan tarif. Perizinan impor salah satunya, kemudahan perizinan impor dan non tarif barrier,” kata Airlangga.
Negosiasi dagang ini merupakan bagian dari strategi besar pemerintah untuk memperluas akses pasar, menarik investasi strategis, dan memperkuat peran dalam rantai pasok global, terutama di tengah meningkatnya permintaan global terhadap mineral kritis dan teknologi hijau.
Selanjutnya: Darwin Nunez Siap Tinggalkan Liverpool ke Napoli, soal Harga Belum Deal!
Menarik Dibaca: Film Drama Keluarga Seribu Bayang Purnama Angkat Problematika Nyata Para Petani
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News