kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.948.000   47.000   2,47%
  • USD/IDR 16.541   37,00   0,22%
  • IDX 7.538   53,43   0,71%
  • KOMPAS100 1.059   10,21   0,97%
  • LQ45 797   6,35   0,80%
  • ISSI 256   2,43   0,96%
  • IDX30 412   3,30   0,81%
  • IDXHIDIV20 468   1,72   0,37%
  • IDX80 120   1,05   0,88%
  • IDXV30 122   -0,41   -0,34%
  • IDXQ30 131   0,79   0,61%

PMI Terkontraksi pada Juli 2025, Kemenkeu Siapkan Stimulus untuk Sektor Manufaktur


Jumat, 01 Agustus 2025 / 20:27 WIB
PMI Terkontraksi pada Juli 2025, Kemenkeu Siapkan Stimulus untuk Sektor Manufaktur
ILUSTRASI. Kementerian Keuangan berupaya memperkuat sektor manufaktur nasional, di antaranya melalui stimulus dari sisi suplai pada semester II 2025.?


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Pemerintah melalui Kementerian Keuangan berupaya memperkuat sektor manufaktur nasional, di antaranya melalui stimulus dari sisi suplai pada semester II 2025.

Hal ini merespons posisi Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang masih berada di zona kontraksi pada Juli 2025, yakni di level 49,2.

Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu menyampaikan, kebijakan yang ditempuh meliputi fasilitas pembiayaan bagi industri padat karya, optimalisasi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), serta percepatan deregulasi untuk memperbaiki iklim usaha

"Respons kebijakan terkait perdagangan global disiapkan, mengantisipasi munculnya berbagai risiko tekanan. Implementasi kebijakan yang tepat sasaran diyakini mampu menjaga stabilitas produksi, memperkuat daya saing ekspor, serta mendukung kesinambungan pemulihan dan ketahanan ekonomi nasional,” ujar Febrio dalam pernyataan resminya, Jumat (1/8/2025).

Baca Juga: PMI Manufaktur Masih Kontraksi, Indef Soroti Lesunya Daya Beli dan Gempuran Impor

Kemenkeu menjelaskan, negara-negara lain di kawasan Asia juga mengalami pelemahan pada industri manufakturnya pada Juli 2025. Tercatat PMI Manufaktur Jepang kembali terkontraksi dengan indeks turun ke level 48,9 (Juni: 50,1), sementara Korea Selatan terkontraksi lebih dalam ke level 48,0 (Juni: 48,7).

Perkembangan ini mencerminkan tantangan pemulihan sektor manufaktur global masih berlangsung. Bagi Indonesia, penurunan tarif AS atas produk ekspor Indonesia meredakan risiko tekanan bagi sektor padat karya seperti tekstil, alas kaki, dan furnitur.

Di sisi eksternal, Kemenkeu juga merespons positif Executive Order Presiden AS Donald Trump pada 31 Juli 2025 yang menurunkan tarif resiprokal untuk Indonesia menjadi 19%. Langkah ini membuka peluang ekspor bagi produk-produk padat karya, seperti tekstil, alas kaki, dan furnitur. 

Kinerja ekspor terus memberikan dukungan positif terhadap perekonomian. Neraca Perdagangan Indonesia tetap solid dengan mencatatkan surplus sebesar US$ 4,10 miliar pada bulan Juni 2025 dari sebelumnya US$ 2,52 miliar di Juni 2024.

Baca Juga: Industri Manufaktur RI Butuh Perbaikan Signifikan Agar PMI Manufaktur Naik

Kinerja positif ini didukung oleh ekspor yang tumbuh sebesar 11,29% yoy, didorong sektor industri pengolahan dan pertanian, sementara impor tumbuh moderat sebesar 4,28% yoy, terutama pada barang modal seiring perbaikan kinerja manufaktur nasional. 

“Pemerintah terus mengantisipasi dengan langkah terukur untuk menjaga stabilitas ekonomi domestik. Seluruh kebijakan dirancang agar aktivitas dunia usaha nasional tetap tangguh menghadapi guncangan global, dengan daya saing ekspor yang terus meningkat, disertai daya beli masyarakat yang tetap terjaga,” ungkap Febrio. 

Selanjutnya: Ingin Dapat Layanan Premium di Bandara? Joumpa Kini Tersedia di Livin’ by Mandiri

Menarik Dibaca: Ingin Dapat Layanan Premium di Bandara? Joumpa Kini Tersedia di Livin’ by Mandiri

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×