kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

PMI manufaktur November naik, IHS Markit: Manufaktur Indonesia tetap lesu


Senin, 02 Desember 2019 / 09:39 WIB
PMI manufaktur November naik, IHS Markit: Manufaktur Indonesia tetap lesu
ILUSTRASI. Sejumlah pekerja membuat sepatu di PT Hardaya Aneka Shoes Industry ( HASI ) pabrik sepatu Nike di Bitung, Banten, Jumat (3/8). Pihak Global Footwear Nike Inc setuju untuk memperpanjang kontrak pembuatan sepatu merek Nike dengan PT HASI dan NASA.PHO KONTAN


Reporter: Bidara Pink | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Manufaktur Indonesia pada bulan November 2019 naik dari bulan sebelumnya. Hanya saja, IHS Markit mengatakan kondisi manufaktur Indonesia masih belum menunjukkan perbaikan, bahkan memburuk.

Dalam rilisnya pada Selasa (2/12), IHS Markit mencatat Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia ada di level 48,2 pada November 2019. Ini lebih tinggi dari PMI manufaktur bulan Oktober 2019 yang sebesar 47,7.

Baca Juga: Kemenperin siapkan dana US$ 31,5 miliar untuk benahi industri manufaktur yang kritis

Kondisi manufaktur yang semakin memburuk pada November 2019 tersebut disebabkan oleh penurunan yang terjadi pada output dan pesanan baru. Selain itu, penjualan juga tercatat lebih rendah sehingga menyebabkan masih berlanjutnya tren penumpukan barang jadi.

Lebih lanjut, dengan adanya penumpukan barang jadi, IHS Markit melihat adanya penurunan jumlah untuk barang yang dikerjakan sehingga akhirnya membuat perusahaan lagi-lagi mengurangi lapangan pekerjaan dan mengurangi belanja.

"Sementara itu, harga jual juga jatuh, ditopang oleh penurunan lainnya dalam biaya input dan tren pelemahan penjualan," tulis IHS Markit lebih lanjut.

IHS Markit juga mencatat bahwa PMI manufaktur Indonesia pada bulan November 2019 itu juga menandakan kemunduran kesehatan sektor tersebut dalam lima bulan berturut-turut.

Baca Juga: Duh, Indeks Manufaktur Zona Eropa Bulan Oktober Masih Tertekan

Dan meski lebih tinggi dari bulan Oktober 2019, indeks manufaktur tetap yang terendah kedua sejak akhir tahun 2015. Bahkan, rata-rata PMI dalam pertengahan kuartal keempat tahun ini menunjukkan bahwa ekonomi manufaktur saat ini ada dalam jalur menuju pencatatan PMI perkuartalan terendah dalam empat tahun.

Hal ini juga disebabkan oleh secara keseluruhan, IHS Markit melihat kondisi permintaan yang juga terus melemah, meski sudah di tengah kuartal IV-2019. Masuknya permintaan baru juga terus melemah

Secara keseluruhan, kondisi permintaan juga terus melemah di tengah jalan menuju kuartal IV-2019. Masuknya pesanan baru pada November mencatat penurunan permintaan menjadi empat bulan berturut-turut.

Baca Juga: Siap-Siap, Industri Manufaktur Masuk Fase Kritis Lagi

Meski tingkat penurunan bisnis baru menurun sejak Oktober 2019, tetapi tetap menorehkan penurunan yang tercepat dalam dua tahun belakangan. Sehingga, ini menyebabkan tumpukan barang yang akan dikerjakan menjadi berkurang karena banyaknya tumpukan barang jadi.

Demikian juga dengan tingkat penjualan yang lebih rendah akhirnya membebani produksi. Outputnya menurun dalam lima bulan berturut-turut, dan bahkan menorehkan laju kontraksi yang terdalam kedua sejak Juli 2017.

Bahkan, pengurangan pekerjaan tercatat terus terjadi dalam lima bulan berturut-turut, meskipun tingkat pengurangan pekerjaan ini tercatat yang paling rendah bila dibandingkan Agustus 2019.

Baca Juga: Duh, Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III 2019 Kian Lambat

selanjutnya, sebagai tanda lebih lanjut dalam lemahnya kondisi manufaktur Indonesia, perusahaan mengurangi pembelian input. Aktivitas belanja jatuh pada bulan November 2019.

Pengurangan input ini menyebabkan ada ruang bagi vendor untuk memimpin. Waktu pengiriman pemasok juga dipersingkat pada tingkat tercepat sejak April 2011.

Aktivitas pembelian yang rendah juga berkontribusi untuk penurunan persediaan barang input selama empat bulan, dengan tingkat penurunan yang paling tajam dalam setahun belakangan. Sementara itu, kepemilikan stok barang jadi naik meningkat tajam dengan peningkatan terbesar selama hampir tiga setengah tahun.

Baca Juga: Manufaktur Indonesia melemah, Menko Airlangga: Pelemahan terjadi secara global

Survei IHS Markit juga menunjukkan adanya tekanan biaya yang lebih lemah. Baik harga input dan output menurun tajam dan penurunan ini tercatat sebagai penurunan tercepat dalam sejarah survei.

Untuk ke depannya, IHS Markit melihat bahwa kondisi manufaktur Indonesia memiliki potensi untuk membaik. Hal ini disebabkan oleh optimisme dalam ekspansi pasar, meningkatnya kegiatan promosi, sehingga akhirnya meningkatkan kualitas produk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×