Reporter: Bidara Pink | Editor: Yudho Winarto
Demikian juga dengan tingkat penjualan yang lebih rendah akhirnya membebani produksi. Outputnya menurun dalam lima bulan berturut-turut, dan bahkan menorehkan laju kontraksi yang terdalam kedua sejak Juli 2017.
Bahkan, pengurangan pekerjaan tercatat terus terjadi dalam lima bulan berturut-turut, meskipun tingkat pengurangan pekerjaan ini tercatat yang paling rendah bila dibandingkan Agustus 2019.
Baca Juga: Duh, Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III 2019 Kian Lambat
selanjutnya, sebagai tanda lebih lanjut dalam lemahnya kondisi manufaktur Indonesia, perusahaan mengurangi pembelian input. Aktivitas belanja jatuh pada bulan November 2019.
Pengurangan input ini menyebabkan ada ruang bagi vendor untuk memimpin. Waktu pengiriman pemasok juga dipersingkat pada tingkat tercepat sejak April 2011.
Aktivitas pembelian yang rendah juga berkontribusi untuk penurunan persediaan barang input selama empat bulan, dengan tingkat penurunan yang paling tajam dalam setahun belakangan. Sementara itu, kepemilikan stok barang jadi naik meningkat tajam dengan peningkatan terbesar selama hampir tiga setengah tahun.
Baca Juga: Manufaktur Indonesia melemah, Menko Airlangga: Pelemahan terjadi secara global
Survei IHS Markit juga menunjukkan adanya tekanan biaya yang lebih lemah. Baik harga input dan output menurun tajam dan penurunan ini tercatat sebagai penurunan tercepat dalam sejarah survei.
Untuk ke depannya, IHS Markit melihat bahwa kondisi manufaktur Indonesia memiliki potensi untuk membaik. Hal ini disebabkan oleh optimisme dalam ekspansi pasar, meningkatnya kegiatan promosi, sehingga akhirnya meningkatkan kualitas produk.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News