kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

PKPI: Fokus danai penelitian energi terbarukan


Rabu, 02 April 2014 / 13:11 WIB
PKPI: Fokus danai penelitian energi terbarukan
ILUSTRASI. Sejumlah buruh mengenakan masker saat pulang kerja di salah satu pabrik di kawasan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (29/4/2020). Tribun Jabar/Gani Kurniawan


Reporter: Agus Triyono | Editor: Tri Adi

JAKARTA. Soal ide dan pemikiran untuk mendukung kemajuan Indonesia, tidak ada dikotomi antara partai kecil dan partai besar. Meski hingga saat ini belum pernah ikut dalam pemerintahan, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) bertekad mendorong pemerintahan mendatang memberikan perhatian besar untuk penelitian. Terutama penelitian untuk mencari sumber energi alternatif dan terbarukan.

Ide ini menjadi satu program yang akan diperjuangkan oleh PKPI jika nanti mendapat kepercayaan dari rakyat Indonesia untuk menempatkan wakil mereka di parlemen. Atau bahkan mendapat kesempatan untuk duduk di pemerintahan.

Daulat Sinuraya, anggota Badan Pemenangan Pemilu dan Organisator Tim Ekonomi PKPI, mengatakan bahwa saat ini Indonesia memiliki kekayaan sumber daya energi yang melimpah. Misalnya kekayaan sumber energi panas bumi. Indonesia sejatinya bisa membangun pembangkit listrik dari energi panas bumi ini dengan potensi kapasitas hingga 29.000 MW. Nah jika mendapat kesempatan, PKPI akan mendorong pencapaian pembangunan sumber energi panas bumi hingga 29.000 MW tersebut. "Kami akan fokus memanfaatkan energi panas bumi ini," katanya.

Selain itu, sumber energi yang menjadi perhatian PKPI untuk mencukupi kebutuhan energi nasional adalah sumber energi dari gas alam, dan memanfaatkan energi dari gelombang air laut. Sumber-sumber energi ini yang mudah didapatkan di Indonesia. Karenanya, PKPI ingin sumber energi yang saat ini mayoritas berbasis fosil yakni minyak bumi, akan digantikan ke sumber energi panas bumi, gas alam maupun arus dan gelombang air laut.

Agar cita-cita PKPI ini bisa terlaksana, Daulat bilang, PKPI ingin mendorong pemerintah yang baru mengalokasikan anggaran lebih besar untuk melakukan penelitian sumberdaya alam tersebut. Supaya memiliki dasar hukumnya, maka perlu membuat kebijakan nyata untuk mendorong penggunaan anggaran penelitian tersebut. "Kami ingin pemerintah menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi untuk melakukan penelitian tersebut," tandasnya.

PKPI ingin universitas maupun politeknik yang ada di Indonesia bisa menciptakan inovasi–inovasi yang bisa membantu penghematan energi, maupun mendapatkan sumber energi baru.

Memang program PKPI ini tidak bisa dirasakan secara instan. Namun jika dilakukan dengan konsisten, maka hasil penelitian tersebut bisa bermanfaat untuk jangka panjang. Terutama untuk mengatasi kelangkaan energi secara nasional, yang saat ini sangat tergantung kepada energi berbasis fosil.

Selain memperkuat penelitian, Rully Soekarta, Wakil Sekretariat Jenderal PKPI, menambahkan PKPI berjanji mendorong pemerintah baru untuk fokus membenahi infrastruktur penunjang pemanfaatan sumber energi tersebut. Misalnya banyak membangun stasiun pengisian gas, agar makin banyak kendaraan umum dan kendaraan pribadi mau beralih dari penggunaan bahan bakar minyak ke gas.

Selain itu pemerintah perlu mendukung pembangunan infrastruktur seperti jalan raya, hingga ke daerah-daerah. Tujuannya agar investor mau datang dan menggarap sumber energi terbarukan yang ada di daerah-daerah.                       


Riset sumber energi alternatif jadi solusi

Gagasan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya energi di dalam negeri patut mendapatkan apresiasi. Terlebih lagi, bila melihat upaya pemanfaatan yang dilakukan oleh PKPI tersebut juga dilakukan dengan inovasi, riset dan menambah anggaran riset.

Enny Sri Hartati, seorang ekonom, menilai bahwa tambahan anggaran riset ini penting, karena selama ini Indonesia kalah dengan negara-negara lain dalam pengembangan teknologi dan inovasi. Salah satu penyebabnya adalah minimnya  dana riset. "Anggaran riset di Indonesia kurang dari 1% dari produk domestik bruto, padahal negara lain sudah mencapai 5%," kata Enny.

Nah agar riset ini efektif mendapatkan sumber energi baru, maka pemerintah harus memfokuskan pendanaan penelitian-penelitian  untuk menggali sumber energi tersebut. Misalnya memanfaatkan sumber energi di satu daerah, untuk mencukupi kebutuhan energi secara mandiri di wilayah tersebut.

Enny juga menyarankan agar melalui riset ini Indonesia bisa menghitung jumlah kebutuhan energi di dalam negeri, pasokannya, dan cara yang bisa dilakukan bila pasokan sumber energi tersebut berkurang atau habis dan pengembangannya.

Langkah tersebut penting agar hasil riset tidak mangkrak seperti yang terjadi sekarang ini. "Selama ini banyak hasil riset yang hanya disimpan di laci karena terlalu makro dan tidak bisa diterapkan," katanya.

Ekonom LIPI Latif Adam menambahkan, selain fokus ke penelitian, ia berharap PKPI bisa menyusun rencana aksi yang jelas untuk melaksanakan janji itu. Mulai rencana aksi membangun infrastruktur energi, hingga aturan yang akan digunakan untuk menunjang pemanfaatan sumber energi. Lebih penting dari semua konsep itu, harus ada hitungan nyata kebutuhan investasi untuk mencukupi pasokan energi di dalam negeri ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×