kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.080   96,25   1,38%
  • KOMPAS100 1.059   19,08   1,83%
  • LQ45 833   16,07   1,97%
  • ISSI 214   1,68   0,79%
  • IDX30 425   9,10   2,19%
  • IDXHIDIV20 511   9,34   1,86%
  • IDX80 121   2,21   1,86%
  • IDXV30 125   1,01   0,82%
  • IDXQ30 142   2,63   1,89%

Pertumbuhan ekonomi stagnan karena konsumsi seret


Senin, 06 November 2017 / 22:02 WIB
Pertumbuhan ekonomi stagnan karena konsumsi seret


Reporter: Ramadhani Prihatini | Editor: Dessy Rosalina

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga 2017 sebesar 5,06% year on year (yoy), lebih tinggi dari kuartal pertama dan kedua 2017 sebesar 5,01%.

Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,03%. Hal ini dinilai Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro masih dipengaruhi konsumsi rumah tangga.

Bambang bilang, masih belum terdongkraknya pertumbuhan ekonomi karena konsumsi rumah tangga yang masih tertahan. Masyarakat masih cenderung menahan belanja rumah tangga. Tapi selain itu dia melihat serapan anggaran pemerintah juga belum optimal.

"Saya yakin kuncinya di triwulan IV. Mudah-mudahan penyerapan anggaran makin banyak, investasi yang terealisir juga bisa membantu,"kata Bambang, Senin (6/11).

Dari catatan BPS , konsumsi rumah tangga periode Juli-September 2017 tumbuh 4,93% yoy. Angka itu melambat dibanding kuartal ketiga 2016 yang sebesar 5,01% yoy dan dibanding kuartal kedua 2017 yang sebesar 4,95% yoy.

Hal tersebut menurut Bambang terjadi karena beberapa faktor. Salah satunya kucuran bantuan sosial yang masih terbatas sehingga kurang bisa menstimulasi konsumsi rumah tangga 40% terbawah.

Tapi yang menjadi catatannya ada kecenderungan orang melakukan transaksi yang tak tercatat alias melalui transaksi online. Satu hal lagi yang ia lihat adalah kekhawatiran masyarakat berbelanja barang mewah akan pembayaran pajak.

"Jadi mungkin berbagai kombinasi dari berbagai hal. Kalau ada orang yang konsumsi barang mewah dicatatkan, menimbulkan keraguan. Orang jadi ragu-ragu konsumsi lebih karena dia masih tidak pasti status pencatatannya," jelas Bambang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×