kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.503.000   7.000   0,47%
  • USD/IDR 15.489   45,00   0,29%
  • IDX 7.736   0,93   0,01%
  • KOMPAS100 1.201   -0,35   -0,03%
  • LQ45 958   -0,50   -0,05%
  • ISSI 233   0,21   0,09%
  • IDX30 492   -0,18   -0,04%
  • IDXHIDIV20 591   0,64   0,11%
  • IDX80 137   0,04   0,03%
  • IDXV30 143   0,27   0,19%
  • IDXQ30 164   0,00   0,00%

Pertumbuhan Ekonomi RI Melemah di Kuartal III, Stimulus Fiskal & Moneter Diperlukan


Selasa, 07 November 2023 / 17:41 WIB
Pertumbuhan Ekonomi RI Melemah di Kuartal III, Stimulus Fiskal & Moneter Diperlukan
ILUSTRASI. Aktifitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (6/6/2023). Pertumbuhan Ekonomi RI Melemah di Kuartal III, Stimulus Fiskal & Moneter Diperlukan.


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Noverius Laoli

Konsumsi rumah tangga yang selalu menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi juga memperlihatkan penurunan. Konsumsi rumah tangga hanya tumbuh sebesar 5,06% pada kuartal III-2023  dengan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 52,62%.

Pertumbuhan tersebut lebih rendah dari pencapaian periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh 5,39%. Hal ini terjadi di tengah masih lambatnya realisasi belanja pemerintah.

Emil menyampaikan, melemahnya konsumsi masyarakat dapat dibantu oleh penyaluran belanja negara. Selama kuartal tiga tahun ini, belanja negara hanya tumbuh 1,75% secara tahunan. 

Baca Juga: Pemerintah Pertebal Bansos untuk Hadapi Guncangan Ekonomi Global di 2024

Berdasarkan data Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga September 2023, belanja fiskal baru mencapai 64,3% dari target APBN. "Dengan kondisi tersebut, ruang stimulus fiskal masih cukup lebar untuk dioptimalkan menjaga momentum pertumbuhan," kata Emil. 

Di tengah bergejolaknya perekonomian global, investasi masih mampu mencatat kinerja positif yakni sebesar 5,77% dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 29,68%. Investasi mencatatkan pertumbuhan yang besar bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya tercatat sebesar 4,98%. 

‘’Risiko perlambatan ekonomi global dapat menekan perekonomian Indonesia jika momentum pertumbuhan domestik tidak dijaga,’’ ungkap Emil. 

Indonesia tidak lagi membutuhkan suku bunga tinggi bila nilai tukar rupiah dapat terjaga stabil hingga akhir tahun. Sejalan dengan hal tersebut, percepatan belanja fiskal pada sisa tahun ini sangat diperlukan untuk mendorong aktivitas ekonomi pada kuartal terakhir tahun ini. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Penerapan Etika Dalam Penagihan Kredit Macet Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK

[X]
×