Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Permata Institute for Economic Research (PIER) menyoroti realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melambat hanya mencapai 4,87% secara tahunan (year on year/yoy) pada triwulan I-2025, seperti yang telah diperkirakan sebelumnya.
Dalam laporan PIER, Head of Macroeconomic and Financial Market Research, Bank Permata Faisal Rachman menyampaikan, realisasi ini mencerminkan pertumbuhan PDB Indonesia paling lambat dalam tiga setengah tahun terakhir, atau turun 5,02% pada triwulan sebelumnya yang merupakan pertumbuhan paling lambat sejak triwulan III-2021.
Konsumsi rumah tangga sebagai kontributor terbesar PDB melambat menjadi 4,89% yoy pada triwulan I-2025, menurun dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 4,98% yoy.
"Ini mencerminkan daya beli yang lebih lemah, meskipun sebagian didukung oleh pengeluaran terkait Ramadan dan Idul Fitri," ungkap Faisal dikutip Senin (5/5).
Baca Juga: Ekonomi Kuartal I-2025 Cuma Tumbuh 4,87%, Menko Ekonomi: Kita Nomor Dua Setelah China
Selain itu, komponen PDB terbesar kedua yakni Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi juga melambat tajam menjadi 2,12% yoy pada triwulan I-2025, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 5,03% yoy.
Penurunan ini terjadi ditengah suku bunga yang masih tinggi dan ketidakpastian global yang meningkat, sehingga memicu sentiment risk off dan perilaku wait and see.
Pengeluaran pemerintah juga mengalami kontraksi sebesar 1,38%yoy, didorong oleh langkah-langkah efisiensi fiskal.
Adapun pendorong utama pertumbuhan ekonomi adalah dari sisi ekspor yang tumbuh 6,78%yoy, termasuk barang dan jasa, yang didukung oleh lonjakan kedatangan wisatawan internasional. Sebaliknya, pertumbuhan impor melambat menjadi 3,96% yoy, sejalan dengan perlambatan investasi.
Melihat data-data tersebut, ini mencerminkan momentum pertumbuhan yang tampak lemah di dalam negeri. Meningkatnya ketidakpastian perdagangan telah mendorong perusahaan untuk menunda rencana ekspansi, menahan penciptaan lapangan kerja dan sedikit melemahkan daya beli rumah tangga.
"Kami telah merevisi turun proyeksi pertumbuhan Indonesia pada tahun 2025 menjadi di bawah 5%, dengan alasan meningkatnya ketidakpastian dari perang dagang yang sedang berlangsung," ungkap Faisal.
Pihaknya juga mengantisipasi bahwa perang dagang yang sedang berlangsung dapat mengurangi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun, sebagai negara dengan perekonomian terbuka yang relatif kecil, dampak keseluruhannya akan tetap terbatas, terutama jika respons kebijakan proaktif dan negosiasi yang berhasil dengan AS dapat mencegah tarif resiprokal skala penuh.
"Perkiraan awal menunjukkan potensi perlambatan PDB sebesar 0,3 - 0,5%," terangnya.
Lebih jauh, dengan meningkatnya kekhawatiran atas pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat, diperkirakan dapat membuka ruang untuk pelonggaran moneter. Jika ketidakpastian global berkurang dan ekspektasi penurunan suku bunga The Fed menguat, Bank Indonesia dapat menurunkan BI-rate hingga 50 bps selama sisa tahun ini.
Baca Juga: BPS: Pertumbuhan Ekonomi Tertinggi Kuartal I 2025 di Wilayah Sulawesi
Selanjutnya: Konsumsi Pemerintah Terkontraksi 1,35%, Efek Efisiensi Anggaran?
Menarik Dibaca: Inilah Gift Code Ojol The Game 5 Mei 2025 Paling Update dari Codexplore
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News