Reporter: Rashif Usman | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PricewaterhouseCoopers (PwC) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 sebesar 5,2% dimana sebagian besar ditopang oleh konsumsi dan investasi.
PwC Indonesia Investment Director, Julian Smith, menerangkan konsumsi domestik menyumbang 57% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada tahun 2023 diperkirakan akan tetap menjadi kontributor utama dalam mencapai target ini, terutama setelah memperhitungkan kenaikan gaji sebesar 8% untuk 3,7 juta pegawai negeri serta peningkatan belanja untuk kegiatan terkait pemilu.
Selain itu, kemenangan pemilihan umum Presiden Terpilih Prabowo Subianto pada tahun 2024 dan komitmennya untuk melanjutkan beberapa kebijakan pemerintahan saat ini menandakan iklim investasi yang stabil dan berkurangnya ketidakpastian politik, yang penting untuk memungkinkan Indonesia mencapai target investasi sebesar Rp 1.650 triliun pada tahun 2024.
Baca Juga: Peringkat Daya Saing Indonesia Naik ke 27 di Dunia, Lampaui Jepang Hingga Inggris
Setidaknya, target investasi tersebut 50% berasal dari investasi asing langsung atau foreign direct investment/FDI.
"Investasi prioritas antara lain pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus, pengembangan kawasan Batam, Bintan, dan Karimun, serta megaproyek pemindahan ibu kota," kata Julian dalam keterangan resminya, Selasa (18/6).
Ia menambahkan, perekonomian global diperkirakan akan mengalami perlambatan pada tahun 2024, dengan perkiraan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) berdasarkan Purchasing Power Parity (PPP) sebesar 2,9%, turun dari perkiraan pertumbuhan sebesar 3,2% pada tahun 2023.
Penurunan ini terutama disebabkan oleh penerapan kebijakan di negara-negara maju, kebijakan moneter yang lebih ketat dan pengurangan dukungan fiskal.
Baca Juga: Sektor Industri Tumbuh Lambat Jadi Sebab Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Stagnan
Oleh karena itu, negara-negara tersebut diperkirakan akan mengalami penurunan yang moderat pada tahun 2024, sementara negara-negara berkembang diperkirakan akan menunjukkan pertumbuhan yang relatif lebih stabil.
Hal ini terlihat dari perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,05% pada tahun 2023, meskipun perekonomian global melemah.
"Pertumbuhan tahun 2023 sedikit lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 5,31%, namun pertumbuhan tersebut tetap patut diperhatikan di tengah tantangan perekonomian global," ucapnya.
Julian memperkirakan, inflasi Indonesia pada tahun 2024 diperkirakan berkisar 2,6%, dengan tantangan berupa volatilitas harga pangan dan bahan bakar, serta potensi gangguan rantai pasokan global yang mempengaruhi harga barang impor.
Nilai tukar Dolar AS terhadap Rupiah terus menunjukkan tren peningkatan, terutama didorong oleh sikap The Fed yang hawkish dalam mempertahankan kebijakan moneter ketat.
Sikap ini berkontribusi pada depresiasi nilai tukar Rupiah yang mencapai level terendah dalam 3,5 tahun terakhir yaitu Rp 16.249 per dolar AS pada bulan April 2024.
Baca Juga: Surplus Neraca Perdagangan Mei 2024 Diperkirakan Menyusut Jadi US$ 2,13 Miliar
"Sebagai responsnya, Bank Indonesia telah menetapkan BI rate sebesar 6,25% untuk mengatasi perlambatan pasar ekonomi global dan untuk mengantisipasi suku bunga Federal Reserve yang lebih tinggi," ujarnya.
Di tengah tantangan perekonomian ini, Indonesia masih mempunyai tingkat lapangan kerja yang tinggi yaitu sebesar 69,80%, meskipun sebagian besar berada di sektor informal.
Julian menyimpulkan, meskipun terdapat tantangan pada tahun 2023, Indonesia telah menunjukkan ketahanan terhadap guncangan global dan basis ekonomi yang semakin terdiversifikasi diharapkan dapat memitigasi dampak buruk tersebut, sehingga berpotensi memberikan landasan yang kokoh bagi pertumbuhan yang berkelanjutan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News