Reporter: Venny Suryanto | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Kebijakan Fiskal (BKF) memastikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tumbuh negatif di kisaran -2,9% sampai -1,0% yoy pada kuartal III-2020.
Bahkan BKF mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah melambat sejak kuartal I-2020 yang tumbuh di bawah 5% atau hanya 2,97% yoy.
Kepala BKF, Febrio Kacaribu menjelaskan, meskipun akan tumbuh negatif atau terkoreksi lagi di kuartal III, namun pertumbuhan itu dipastikan akan lebih membaik dari kuartal sebelumnya.
Sebab, pemerintah telah berupaya keras untuk mendorong konsumsi pemerintah yang telah naik tajam dalam mendorong percepatan realisasi belanja pemerintah.
Baca Juga: BKF: Target pertumbuhan ekonomi 4,5% tahun 2021 cukup realistis tercapai
BKF mengatakan, sejak bulan Februari 2020, pemerintah bahkan telah menyiapkan kebijakan-kebijakan terkait apa saja yang akan dilakukan sepanjang tahun 2020.
Adapun seiring berjalannya berbagai regulasi dan perundang-undangan agar pemerintah dapat melaksanakan berbagai bantuan maka pemerintah menekan defisit Indonesia hingga 6,34%.
“Komponen bangsa kita merespon krisis masalah yang sama dengan begitu cepat. DPR dan pemerintah kita saling bahu membahu hingga Perppu yang dikeluarkan juga cepat. Karena sejujurnya kalau tidak ada Perppu kita tidak bisa berbuat apa-apa,” jelas Febrio dalam konferensi pers secara daring, Jumat (25/9).
Febrio mengatakan, sejak bulan Juni 2020 ini pengeluaran konsumsi sudah mulai mengalami peningkatan yakni seperti penjualan mobil, penjualan semen mencapai 4.97 juta ton, kemudian sektor ritel dan properti juga turut menunjukan perbaikan serta konsumsi listrik maupun indeks manufaktur Indonesia yang turut membaik pada Agustus 2020.
“Itu tanda-tanda bahwa Indonesia sudah menunjukan adanya perbaikan pada perekonomiannya. Namun hal itu tidak bisa mendorong banyak pemulihan jika dibandingkan tahun lalu kalau kita tidak berhasil melakukan 3M,” katanya.
Baca Juga: Kepala BKF: Indonesia sudah pasti resesi pada tahun 2020
Sehingga, obat mujarab yang paling bisa mendorong pemulihan ekonomi dan resesi Indonesia adalah menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan (3M).
“Ditambah lagi apabila upaya penanganan pandemi melalui penemuan vaksin yang lebih cepat maka Indonesia akan kembali maju ke zona ekspansi,” harap Febrio.
Adapun, Febrio mengatakan, Indonesia merupakan salah satu negara yang cukup bagus disiplin fiskalnya. Sebab, Indonesia fokus pada efisien anggaran yang disusun misalnya memotong berbagai anggaran yang tidak memberikan nilai tambah.
Sehingga, di tahun 2020 Indonesia tidak kaget lagi apabila defisit anggaran harus diperlebar hingga 6,34%. Maka rasio utang juga turut meningkat ke 36% di tahun 2020.
“Adapun defisit di tahun depan dalam postur APBN sementara akan mencapai 5,7% maka pasti utang akan naik menjadi 40%. Dan ini penting apakah kita bisa kelola pembiayaannya dengan risiko-risiko yang harus diantisipasi,” tambah Febrio.
Tak hanya memikirkan berbagai risiko pelebaran defisit, pemerintah juga berupaya mendorong pemulihan ekonomi lewat anggaran belanja negara di tahun 2021 yang sebesar Rp 2.747 triliun.
Anggaran ini akan betul-betul diarahkan ke program-program untuk menolong masyarakat, mendorong berjalannya investasi serta alokasi belanja pemerintah yang lebih efisien.
Baca Juga: Kemenkeu optimistis tahun 2021 ekonomi Indonesia bakal tumbuh hingga 5,5%
“Ini bentuk-bentuk yang dilakukan untuk memastikan bahwa uang kita memang terbatas tapi kita akan manfaatkan setajam mungkin guna mendorong perekonomian Indonesia yang positif,” harapnya.
Senada, Kepala Ekonom Danareksa, Moekti Prasetiani Soejachmoen mengatakan, yang perlu dilakukan atau kunci agar Indonesia cepat keluar dari resesi dengan melakukan tiga langkah sebagai berikut pertama, meningkatkan konsumsi rumah tangga.
Sebab perekonomian Indonesia menjadi salah satu yang digerakan oleh konsumsi RT. “Hampir 57% dari PDB kita itu adalah dari konsumsi rumah tangga,” kata Moekti.
Kedua adalah mendorong kontributor sektor industri dari manufaktur yang sekitar 19,87%, pertanian 15,46% dan perdagangan 12,84%. Sehingga, sektor-sektor ini dapat segera melakukan ekspansi secepatnya.
“Hal ini juga senada dengan harus ditingkatkannya permintaan rumah tangga agar sektor bisnis dan perdagangan dapat mengembangkan usaha mereka,” tambahnya.
Selain itu, ketiga mendorong investasi di Indonesia juga menjadi salah satu obat mujarab yang bisa dilakukan untuk Indonesia keluar dari resesi.
Selanjutnya: BI prediksi inflasi bulan September 2020 cuma sebesar 0,01% secara bulanan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News