Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) mencatat, realisasi investasi asing atau Foreign Direct Investment (FDI) yang masuk ke Indonesia pada 2024 sebesar US$ 24,21 miliar atau tercatat sebesar Rp 363,18 triliun (asumsi kurs Rp 15.000 per dollar AS dalam APBN 2024).
Meski demikian, nilai tersebut tercatat jauh lebih rendah bila dibandingkan data yang disajikan Kementerian Investasi dan Hirilisasi atau Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), yang mencatatkan FDI sepanjang 2024 mencapai Rp 900,2 triliun.
Artinya, ada perbedaan selisih realisasi lebih dari setengahnya atau Rp 537,02 triliun.
Baca Juga: UNCTAD Ramal Ekonomi RI Tumbuh 5,1% pada 2024 dan 5,2% pada 2025
Begitupun bila dibandingkan rata-rata rupiah sepanjang tahun berjalan 2024 uang mencapai Rp 15.840 per dollar AS, UNCATD mencatat FDI Indonesia sepanjang tahun lalu hanya mencapai Rp 383,48 triliun.
Mengutip laporan UNCTAD bertajuk World Investment Report 2025, Kamis (19/6), disebutkan realisasi FDI Indonesia sepanjang 2024 yang mencapai US$ 24,21 miliar tersebut tercatat meningkat bila dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar US$ 21 miliar.
Sebagai informasi, UNCTAD melaporkan tren investasi internasional berdasarkan investasi langsung asing statistik FDI, stok dan arus, masuk dan keluar yang disediakan oleh negara anggota, serta data mengenai tiga jenis proyek investasi.
Di antaranya, marger dan akuisisi lintas batas (mergers and acquisitions/M&A), proyek greenfield, serta kesepakatan pembiayaan proyek internasional (international project finance/IPF).
“Data mengenai tiga jenis proyek diperlakukan secara terpisah dan digunakan sebagai informasi pelengkap untuk menjelaskan tren FDI yang produktif,” mengutip laporan tersebut, Jumat (20/6).
Baca Juga: BKPM Akui Ada Perampingan dalam Rencana Investasi CATL di Ekosistem Baterai RI
Dijelaskan lebih lanjut, secara statistik data tersebut berbeda dari data FDI berdasarkan neraca pembayaran. Misalnya, pengumuman proyek greenfield mencakup estimasi pengeluaran modal yang diproyeksikan di masa mendatang, bukan arus keuangan aktual pada tahun pelaporan.
Demikian pula, hanya sebagian dari nilai IPF yang diterjemahkan menjadi FDI.
Adapun data proyek greenfield diperoleh dari fDi Markets, yang dikelola oleh The Financial Times Ltd, sedangkan data M&A dan IPF bersumber dari LSEG Data & Analytics.
Lebih lanjut, UNTCAD juga mencatat, pada 2024 aliran FDI ke Asia Tenggara meningkat 10%, dengan kontribusi signifikan dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam, sehingga arus masuk FDI ASEAN mencapai rekor baru US$ 225 miliar.
Namun, juga dijelaskan bahwa nilai proyek pembiayaan internasional (IPF) di Indonesia turun hingga 66%. Selain itu, Malaysia juga turun 87%, dan Filipina 61%.
Baca Juga: Rosan Sebut Indonesia Punya Potensi Investasi Sektor Infrastruktur US$ 644 Miliar.
Sebagaimana diketahui, UNCTAD merupakan Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Perdagangan dan Pembangunan. UNCTAD adalah badan permanen di bawah Majelis Umum PBB yang didirikan pada tahun 1964.
UNCTAD berfokus pada isu-isu perdagangan, keuangan, investasi, dan teknologi yang berkaitan dengan pembangunan berkelanjutan, terutama bagi negara-negara berkembang.
Selanjutnya: Dorong Kemandirian Industri Alkes, Kemenperin Apresiasi PT Drager Indonesia
Menarik Dibaca: Resep Bolen Pisang yang Enak dengan Kulit Berlapis, Legit dan Lumer Banget
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News