kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Pengamat nilai deflasi 0,05% di Agustus menunjukkan tren positif


Senin, 03 September 2018 / 21:44 WIB
Pengamat nilai deflasi 0,05% di Agustus menunjukkan tren positif
ILUSTRASI. Deflasi Agustus 2018


Reporter: Kiki Safitri | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi Agustus 2018 sebesar 0,05%. Angka ini lebih rendah dibanding bulan Juli dengan inflasi 0,28%. Terkait dengan hal tersebut sejumlah ekonom menilai bahwa ini menunjukkan adanya tren yang positif.

“Untuk saat ini ya biasa-biasa saja. Kalau dilihat dari siklusnya di bulan Agustus itu memang begitu. Kalau misalnya di bahan pangannya itu mengalami penurunan harga deflasi itu malah bagus ya, positif. Jadi tekanan tidak terus terjadi. Karena di bulan-bulan yang lalu kan naik ya,” kata Direktur Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Muhammad Faisal saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (3/9).

Senada disampaikan oleh Chief Economist Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih yang mengatakan komponen muncul dalam deflasi yang terjadi ini dinilai sangat bagus. Hanya saja ini jauh melesat dari prediksinya, ia menduga sebelumnya deflasi terjadi pada bulan Juli 2018.

“Kalau dilihat dari komponen yang deflasi sebenarnya ini bagus. Kebutuhan sandang turun, impor makanan turun. Tapi ini semua karena faktor musiman, karena sudah lewat puasa dan lebaran. Saya pikir ini turun di bulan Juli, ternyata baru turun sekarang. Lalu di transportasi itu turun ya, ini karena sebelumnya ada mudik, Juli itu masih ada inflasi karena ada data yang belum kuat di situ,” ujar Lana.

Lana menyebut sejauh ini tidak memprediksikan bahwa harga pangan merosot secara tajam sehingga menjadi salah satu penyebab deflasi. Ia bahwa menduga sebelumnya bahwa faktor yang menjadi penyebab adalah nilai tukar rupiah.

“Saya sendiri perkiraannya sangat tinggi inflasinya yaitu 0,17% karena saya tidak nyangka di bahan makanan turunnya begitu tajam. Padahal menurut kami ada tekanan dari nilai tukar rupiah,” ujar Lana.

Faisal juga menilai bahwa penurunan harga pangan ini berperan dalam mendorong deflasi. Adapun beberapa bahan pangan yang awalnya sempat tinggi perlahan-lahan mulai mengalami penurunan harga.

“Ya itu seperti prediksi kita, memang di bulan Agustus ini kita prediksikan inflasi terjadi pada bahan pangan memang sangat rendah dan masih tinggi di bulan lalu. Dan perkembangan harga setelah naik sekarang mulai turun kembali , di bahan pangan secara umum terjadi deflasi, meskipun terjadi beberapa jenis bahan pangan yang masih naik, memang kita prediksikan akan rendah dan bisa jadi deflasi,” ungkapnya.

Faisal menambahkan bahwa komponen pendidikan juga termasuk salah satu penyumbang deflasi. Ini karena pada bulan Juli – Agustus merupakan tahun ajaran baru bagi para siswa sekolah. Namun demikian kenaikan biaya sekolah ini masih termasuk komponen kecil penyebab deflasi.

“Pendorong deflasi ini di komponen yang lain teruma di komponen pendidikan karena masih ada pembayaran untuk tahun ajaran baru. Itu biasa terjadi di Juli dan Agustus. Di Agustus, masih ada tekanan deflasi dari komponen itu. Tetapi yang lain relatif kecil juga di luar komponen pendidikan. Jadi secara umum lebih banyak dipengaruhi oleh bahan pangan karena kontribusi dari bahan pangan,” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×