kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Pengamat prediksi pelemahan rupiah terus terjadi hingga akhir tahun 2018


Senin, 03 September 2018 / 21:34 WIB
Pengamat prediksi pelemahan rupiah terus terjadi hingga akhir tahun 2018
ILUSTRASI. Uang dollar AS


Reporter: Kiki Safitri | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengamat memprediksi pelemahan rupiah akan terus terjadi hingga akhir tahun 2018. Hal ini terkait dengan beberapa sentimen seperti perang dagang Amerika dan China serta, peluang kenaikan suku bunga The Fed.

“Tekanan terhadap rupiah masih ada ke depannya. Untuk tahun ini saja paling tidak akan terjadi kenaikan suku bunga The Fed satu kali lagi. Itu akan mendorong terhadap pelemahan rupiah otomatis. Jadi tekanan rupiah ke depan masih akan ada,” kata Direktur Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Muhammad Faisal saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (3/9).

Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut bahwa pada bulan Agustus 2018, terjadi inflasi sebesar 0,05%. Namun demikian BPS mengaku tidak menghitung pelemahan rupiah sebagai salah satu bentuk penyumbang inflasi.

“BPS tidak menghitung pelemahan rupiah terhadap inflasi. Karena untuk melacak importir inflasi perlu penelitian yang mendalam sekali. Kita perlu mengkaji komoditas-komoditas impor yang betul-betul menjadi bahan baku. Sehingga pengaruhnya seberapa besar dan itu tidak mudah,” kata Kepala BPS Suharyanto di Kantor BPS.

Faisal menilai bahwa pelemahan rupiah ini memiliki pengaruh terhadap harga barang-barang impor dari luar negeri. Hal ini juga berkaitan dengan ketergantungan masyarakat akan bahan jadi yang banyak diimpor dari luar.

“Pelemahan rupiah itu ada pengaruhnya ya terhadap harga di dalam negeri terutama barang-barang yang kita impor dari luar. Itu yang disebut importir inflation. Jadi oleh karenanya jika kita punya ketergantungan industri besar terhadap bahan baku dari luar negeri dan juga kalau bahan jadi itu banyak diimpor dari luar negeri, ini akan terpengaruh dari sisi harga karena akan jadi lebih mahal,” tutupnya.

Sejauh ini Faisal mengaku masih enggan untuk memprediksi nilai tukar rupiah. Ini karena menilai masih bergejolak dan belum dapat dipastikan hingga akhir tahun.

Hari ini rupiah melemah mencapai Rp 14.800 per dollar amerika serikat (AS).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×