Reporter: Rashif Usman | Editor: Noverius Laoli
Raden mengungkapkan penerimaan pada semester II selalu lebih besar dibandingkan semester I, sebab banyak proyek pemerintah cair di akhir tahun yakni pada November dan Desember.
Triwulan terakhir biasanya bendahara sibuk mencairkan anggaran dan memungut pajak dari rekanan pemerintah. Sehingga secara rata-rata, penerimaan pajak di bulan Desember selalu lebih tinggi daripada bulan-bulan lainnya. Kebanyakan penerimaan tersebut berasal dari pemungutan dan pemotongan pajak oleh bendahara pemerintah.
"Jadi saya berbeda pendapat dengan bu Menteri tentang prediksi penerimaan. Justru penerimaan pajak tahun 2024 kemungkinannya akan tercapai sepanjang pemerintah dapat menjadi kondisi makro ekonomi seperti semester I," ujarnya.
Baca Juga: Setoran Pajak Korporasi Anjlok, Alarm Perlambatan Ekonomi RI Menyala Lagi
Lebih lanjut, Raden menjelaskan keadaan shortfall tahun 2024 sebenarnya tidak memengaruhi penerimaan 2025 karena penghitungan tahun anggaran 2025 tidak berdasarkan realisasi 2024.
"Mulai Januari 2025 penghitungan penerimaan tetap mulai dari nol lagi. Bukan minus. Karena tidak diakumulasi. Shortfall tahun sebelumnya dianggap selesai di akhir tahun. Awal tahun berikutnya menggunakan strategi yang berbeda. Target penerimaan pun berdasarkan prediksi indikator makro ekonomi yang sudah disepakati dengan DPR," tuturnya.
Disisi lain, ia memprediksi prediksi shortfall tahun 2024 dikarenakan adanya agenda politik nasional, yaitu Pemilihan Presiden (Pilpres). Dari sisi pengusaha, biasanya pesta demokrasi seperti Pilpres membuat pengusaha mengambil sikap wait and see.
Baca Juga: Rp 58,8 Triliun Dividen BUMN Sudah Disetor ke Kas Negara
"Pengusaha tidak berani melakukan ekspansi usaha di tengah ketidakpastian pemimpin nasional. Namun setelah Pilpres, pengusaha akan kembali melakukan ekspansi usaha. Sehingga mengucurkan investasi dari pengusaha. Investasi baik dalam negeri maupun luar negeri berpengaruh positif bagi perekonomian dan penerimaan pajak," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News