Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Noverius Laoli
Dari sisi Asia, pelemahan ekonomi China terus melemah di mana perang dagang berkembang menjadi perang mata uang. Di sisi lain, krisis politik di Hongkong hingga Jepang dan Korea Selatan yang terlibat perang dagang juga menjadi pengaruh pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Sri Mulyani menyampaikan sentimen tersebut membuat kinerja sektor minyak dan gas (migas) berada dalam tren melemah. Sehingga realisasi pendapatan pajak migas dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sampai akhir Oktober 2019 seret.
Baca Juga: Penanaman modal manufaktur capai Rp 52,8 triliun, ini yang dilakukan Kemenperin
“Ada empat alasan, harga migas rendah, lifting di bawah target, volume lebih rendah, dan kurs rupiah yang lebih kuat,” ujar Sri Mulyani dalam pemaparan realisasi APBN Oktober 2019 di Kantor Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Senin (18/11).
Kemenkeu mencatat, harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP) sampai dengan akhir Oktober senilai US$ 62 per barel. Angka tersebut 11,4% di bawah target APBN sebesar US$ 70 per barel.
Baca Juga: Mulai dari Ahok, kursi petinggi Pertamina, PLN, dan MIND ID segera dirombak
Sementara, untuk lifting minyak mencapai 744,700 barel per hari dari, di bawah target APBN 775.000 barel per hari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News