Reporter: Abdul Basith | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pendamping Joko Widodo (Jokowi) dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 perlu memenuhi dua opsi yang menjadi dasar penentuan.
Dua dasar calon wakil presiden (Cawapres) tersebut adalah Cawapres sebagai transisional, dan Cawapres stabilisator. Hal itu menjadi syarat mutlak yang digunakan sebagai penentu.
"Cawapres mengikuti skenario stabilisator untuk menjaga partai pendukung," ujar Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI P) Hasto Kristiyanto dalam diskusi PARA Syndicate, Jumat (3/8).
Selain untuk stabilisator, Cawapres juga akan menjadi transisional. Hal itu dalam artian Cawapres akan disiapkan meneruskan pemerintahan Jokowi bila terpilih pada periode kedua.
Asal tahu saja, dalam aturan Pemilu presiden hanya dapat terpilih sebanyak dua kali. Oleh karena itu bila Jokowi kembali terpilih pada Pilpres 2019-2024 memerlukan sosok baru untuk diusung dalam Pilpres 2024.
"Kepemimpinan transisional adalah opsi yang terbaik, kita tidak akan menyia-nyiakan 5 tahun ke depan," terang Hasto.
Meski begitu, Hasto bilang terus menerima masukkan dari berbagai pihak. Berbagai tokoh dari partai, teknokrat, purnawirawan, ulama, pengusaha dan kelompok masyarakat telah digodok.
Hasto bilang Jokowi dijadwalkan akan bertemu dengan seluruh Ketua Umum (Ketum) partai pendukung untuk menentukan waktu yang tepat untuk mengumumkan Cawapres. "Ada momentum dan element of surprise dalam pengumuman Cawapres," jelas Hasto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
