kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Idrus Marham menjawab tudingan SBY soal 100 juta penduduk miskin


Jumat, 03 Agustus 2018 / 20:33 WIB
Idrus Marham menjawab tudingan SBY soal 100 juta penduduk miskin
ILUSTRASI. Pemukiman warga di tepian sungai Ciliwung


Reporter: Arsy Ani Sucianingsih | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian sosial di bawah koordinasi Kementerian koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) membantah data-data kemiskinan yang ada saat ini merupakan data yang tidak valid. Di mana angka kemiskinan saat ini sebesar 9,82% atau turun 1,8 juta jiwa.

Menteri Sosial Idrus Mahram mengatakan, di tengah pertarungan politik yang terjadi saat ini, angka kemiskinan sering disebut dan dibanding-bandingkan dengan periode kepemimpinan sebelumnya. Menurutnya, angka kemiskinan yang ada saat ini telah menggunakan metode penghitungan yang sama dari kepemimpinan sebelumnya.

“Pendekatannya secara konsisten di lakukan sejak tahun 1998. Jadi masih need approach, di mana pendekatan atau metodologi yang memperhatikan kebutuhan-kebutuhan dasar rakyat. Ini di gunakan ketika zaman Pak Habibie, ketika Gus Dur, ibu Mega dan juga SBY,” ujarnya saat di temui di Gedung kementerian sosial, Jumat (3/8).

Dia menambahkan, selama Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memerintah selama dua periode dalam menghitung angka kemiskinan, metode ini juga di gunakan sama juga ketika masa pemerintahan Jokowi. Menurutnya, dengan menggunakan metode yang sama membuktikan bahwa pemerintah konsisten dalam menurunkan angka kemiskinan.

“Kami punya keyakinan hasilnya juga konsisten, berbasis data dan merupakan potret dari seluruh kehidupan sosial ekonomi rakyat,” tambahnya.

Seperti di ketahui Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Ketua Umum Partai Demokrat mengatakan bahwa orang miskin yang ada di Indonesia sebanyak 100 juta orang. Begitu pula Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto juga menyebutkan nilai tukar rupiah yang masih tertekan merupakan dampak kemiskinan yang ada di Indonesia naik 50%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News





[X]
×