kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemilu berjalan lancar, otot rupiah kembali kuat


Jumat, 14 Maret 2014 / 11:02 WIB
Pemilu berjalan lancar, otot rupiah kembali kuat
ILUSTRASI. Under The Queen's Umbrella, salah satu rekomendasi drakor saeguk populer dengan rating tinggi yang baru saja tayang di Netflix.


Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI), Kamis (13/3), memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI rate di level 7,5%. Kebijakan ini tampaknya demi menjaga konsistensi atas upaya BI menjaga inflasi sesuai target sebesar 4,5% plus minus 1% serta  menurunkan defisit neraca transaksi berjalan ke level sehat hingga akhir 2014.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara menjelaskan, selain mempertahankan BI rate di angka 7,5%, bank sentral juga mempertahankan besaran suku bunga lending facility di level 7,5% dan deposit facility di level 5,75%. Kebijakan suku bunga acuan BI ini diyakini akan membawa pengaruh positif bagi nilai tukar rupiah ke dollar AS.

Apalagi sebelumnya, para ekonom juga telah meramalkan bahwa BI akan mempertahankan suku bunga acuannya di angka 7,5%. Oleh karena itulah pada penutupan Kamis (13/3), kurs tengah BI menunjukkan penguatan ke level Rp 11.387 per dollar AS, dari hari sebelumnya sebesar Rp 11.432 per dollar AS.

Fakta positif perbaikan neraca finansial akibat tingginya aliran masuk modal asing menjadi salah satu alasan BI mempertahankan BI rate. Hingga Februari 2014, BI mencatat aliran masuk portofolio asing mencapai Rp 34,6 triliun. Masuknya portofolio asing membuat posisi cadangan devisa pada Februari naik menjadi US$ 102,7 miliar.

Tirta berharap, aliran dana asing terus masuk seiring dengan perbaikan kondisi fundamental ekonomi. Perbaikan ekonomi didukung terkendalinya inflasi.

Pada Februari 2014, bulanan inflasi 0,26%, sedangkan secara tahunan 7,75%. Kondisi inflasi ini diprediksi terus mereda hingga akhir tahun.

Kebijakan BI mempertahankan BI rate juga bertujuan menekan defisit neraca transaksi berjalan di bawah 3% dari produk domestik bruto (PDB) Sebelumnya neraca transaksi berjalan hingga 3,26% PDB.

Tantangan China

Kepala Ekonom Bank Negara Indonesia (BNI) Ryan Kiryanto mengatakan, dipertahankannya BI rate di level 7,5% membuat suku bunga rupiah lebih menarik ketimbang suku bunga non rupiah. Ia memprediksi ini akan membawa pengaruh positif hingga akhir semester satu 2014 rupiah bergerak di level Rp 11.300 per US$. "Bisa mencapai Rp 11.000 per dollar di akhir tahun," katanya, Kamis (13/3).

Rupiah akan menguat stabil di angka Rp 11.000 per US$ dengan asumsi penyelenggaraan pemilihan umum (Pemilu) berjalan lancar. Tentu saja harapannya presiden terpilih sesuai ekspektasi pasar.

Kepala Ekonom Mandiri Destry Damayanti juga melihat kondisi ekonomi Indonesia dalam proses perbaikan. "Namun Indonesia harus berhati-hati karena ada tantangan di neraca dagang akibat perlambatan di China," katanya.

Karena itu, ia memprediksi BI kembali mengerek suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 7,75% pada triwulan II mendatang. Kenaikan BI rate mungkin terjadi jika kondisi global memburuk serta proses pemilu tidak berlangsung baik sehingga berpotensi menyebabkan aliran dana asing keluar. Tapi jika kekhawatiran itu tidak terwujud, Destry memperkirakan nilai tukar rupiah akhir tahun di level Rp 11.400 per US$.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×