kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.060.000   18.000   0,88%
  • USD/IDR 16.445   2,00   0,01%
  • IDX 7.867   -18,52   -0,23%
  • KOMPAS100 1.102   -2,88   -0,26%
  • LQ45 800   1,11   0,14%
  • ISSI 269   -0,86   -0,32%
  • IDX30 415   0,50   0,12%
  • IDXHIDIV20 482   1,02   0,21%
  • IDX80 121   -0,09   -0,07%
  • IDXV30 132   -1,13   -0,85%
  • IDXQ30 134   0,17   0,13%

Kunci Ekonomi Tumbuh di Atas 5%, Pemerintah Harus Dorong Konsumsi Kelas Menengah


Senin, 11 Agustus 2025 / 18:04 WIB
Kunci Ekonomi Tumbuh di Atas 5%, Pemerintah Harus Dorong Konsumsi Kelas Menengah
ILUSTRASI. Suasana di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Senin (18/11/2024). /pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/18/11/2024. Ekonom bank Permata menilai pemerintah perlu fokus dorong konsumsi rumah tangga kelas menengah, guna mempercepat pertumbuhan ekonomi di atas 5%.


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Head of Macroeconomics & Market Research Permata Bank, Faisal Rachman, menilai pemerintah perlu fokus menjaga dan mendorong konsumsi rumah tangga, khususnya dari kelompok menengah, guna mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia di atas 5%.

Faisal menjelaskan, perilaku konsumsi masyarakat sangat terkait dengan tingkat pendapatan. Penduduk berpendapatan menengah ke atas umumnya telah memenuhi kebutuhan primer, sehingga sisa pendapatannya dapat dialokasikan untuk belanja sekunder dan tersier, seperti rekreasi, perjalanan wisata, dan hiburan. 

Sebaliknya, penduduk berpendapatan menengah ke bawah cenderung memfokuskan belanja pada kebutuhan pokok.

“Kalau pemerintah hanya mengandalkan konsumsi dari kelas menengah atas, pertumbuhan ekonomi akan sulit bergerak di atas 5%, bahkan untuk mencapai 6% atau lebih, kelompok berpendapatan rendah perlu diangkat ke kelas menengah, agar mereka bisa membelanjakan pendapatan pada barang sekunder dan tersier,” ujar Faisal, Senin (11/8).

Baca Juga: Ekonom Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi RI Semester II 2025 di Bawah 5%, Ini Sebabnya

Menurut Faisal, menjaga daya beli seluruh lapisan rumah tangga menjadi krusial. Jika kelas menengah diabaikan, risiko fenomena down trading akan berlanjut. 

Down trading bukan hanya beralih ke barang yang lebih murah, tetapi juga ke barang bekas atau ilegal yang tidak memberi dampak positif pada perekonomian,” tegasnya.

Faisal menyarankan pemerintah memastikan program prioritas selaras dengan upaya peningkatan pendapatan masyarakat, seperti melalui penciptaan lapangan kerja dan pelatihan keterampilan. Dengan begitu, konsumsi nasional dapat meningkat secara merata.

Ia juga menyoroti data konsumsi yang menunjukkan persepsi konsumen masih relatif lemah. Namun, terdapat bukti positif pada penjualan kendaraan di atas Rp500 juta dan mobil listrik (EV) yang umumnya dimiliki kelas menengah atas sebagai mobil kedua.

“Kami melihat ada kelompok menengah atas yang menahan belanja. Untuk mengakselerasi konsumsi mereka, pemerintah perlu memberi insentif yang dapat mendorong pengeluaran di segmen ini,” kata Faisal.

Baca Juga: BI: Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Jakarta di Kuartal III Masih Positif

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU

[X]
×