Reporter: Herlina KD |
JAKARTA. Meski laju inflasi pada paruh pertama tahun ini masih cukup terkendali, pemerintah tetap mewaspadai laju inflasi paruh kedua tahun ini. Salah satu pemicunya adalah harga beras yang terus merangkak naik.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Bambang Brodjonegoro mengatakan pada semester II ini akan ada kekhawatiran lonjakan inflasi, apalagi kalau harga BBM jadi dinaikkan. Karenanya, “Pemerintah harus ekstra waspada karena ada kenaikan harga beras," ujarnya Selasa malam (26/7).
Ia menambahkan, laju inflasi selama Januari hingga Juni 2011 masih sebesar 1,06%. Tapi, kemungkinan gejolak inflasi pada semester II tidak bisa dihindari, karena adanya puasa dan Lebaran. Ditambah lagi, harga komoditi pangan dan energi masih cukup tinggi. Makanya, Bambang bilang pemerintah punya pertimbangan lain, kalau inflasi tidak dijaga dan kemudian ada kebijakan terkait BBM Subsidi yaitu kenaikan harga akan memicu inflasi. Sehingga, “Dikhawatirkan inflasi bisa menjadi tinggi di atas target (APBN 2011) 5,3%," katanya.
Kenaikan inflasi pada semester II tahun ini, kata Bambang akan tecermin dari melonjaknya harga barang kebutuhan pokok. Jika harga melambung tinggi, sudah pasti yang paling terkena dampaknya adalah masyarakat menengah ke bawah. Sebab, "Harga yang naik akan mencerminkan daya beli mereka langsung. Mungkin ini bisa dijadikan salah satu penjelasan kenapa masalah penyesuaian BBM bersubsidi belum dijadikan prioritas," katanya.
Sebenarnya, Bambang bilang kenaikan harga beras dan beberapa komoditi lainnya sudah diperkirakan sebelumnya karena sesuai siklusnya selalu terjadi pada semester II setiap tahunnya. "Jadi paruh kedua ketika panen raya sudah lewat, otomatis harga beras akan naik. karena itulah pemerintah pun masih harus ekstra waspada dan tidak bisa terlena hanya melihat bahwa enam bulan pertama 1,06%."
Hanya saja, tidak mungkin dalam setahun inflasi hanya 2,12% atau terjadi perulangan inflasi 1,06% di semester II. Inflasi rendah pada semester pertama terjadi karena ada deflasi pada bulan Maret-April, sedangkan ke depan potensi deflasi sangat kecil karena yang terjadi adalah potensi inflasi. "Entah (inflasi ke depan) sebulannya 0,5% atau 0,3%, tapi terjadi akumulasi yang menyulitkan pemerintah untuk menjaga laju inflasi," tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News