kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.296.000   9.000   0,39%
  • USD/IDR 16.707   -11,00   -0,07%
  • IDX 8.395   57,53   0,69%
  • KOMPAS100 1.168   8,20   0,71%
  • LQ45 854   5,85   0,69%
  • ISSI 291   2,33   0,81%
  • IDX30 444   1,43   0,32%
  • IDXHIDIV20 513   2,30   0,45%
  • IDX80 132   1,04   0,80%
  • IDXV30 138   1,56   1,14%
  • IDXQ30 141   0,50   0,35%

Pemerintah Perlu Beri Stimulus Kelas Menengah untuk Dorong Ekonomi Akhir Tahun 2025


Jumat, 07 November 2025 / 15:32 WIB
Pemerintah Perlu Beri Stimulus Kelas Menengah untuk Dorong Ekonomi Akhir Tahun 2025
ILUSTRASI. Perlawanan Kelas Menengah-Pekerja kelas menengah di kawasan bisnis Mega Kuningan, Jakarta, Rabu (3/9/2025).KONTAN/Cheppy A. Muchlis/03/09/2025. Menko perekonomian memastikan stimulus kuartal IV-2025 yang sudah dikucurkan pemerintah sudah cukup untuk dorong pertumbuhan ekonomi akhir 2025.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memastikan stimulus kuartal IV-2025 yang sudah dikucurkan pemerintah sudah cukup untuk mendorong pertumbuhan ekonomi pada akhir tahun 2025.

Kendati begitu, Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai stimulus tersebut belum cukup kuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV-2025.

Menurutnya, kebijakan yang ada saat ini seperti BLT tambahan perlu diperluas dan diarahkan kepada segmen kelas menengah.

"Perlu diperluas sebenernya ke kelompok menengah. Jadi di desil 5 dan 6 bisa mendapatkan perlindungan sosial juga," ujar Bhima kepada Kontan.co.id, Jumat (7/11).

Baca Juga: Instrumen BI-FRN Meluncur 17 November 2025, Dijual ke 20 Dealer Utama

Selain sisi konsumsi, Bhima menekankan pentingnya mendorong sektor industri agar memanfaatkan momentum peningkatan permintaan di akhir tahun.

Pemerintah, katanya, perlu memberikan dukungan langsung melalui insentif biaya produksi dengan memberikan diskon tarif listrik sebesar 40% hingga kuartal II-2026.

"Itu dikasih diskon tarif listrik, sehingga biaya utilitasnya bisa lebih Rendah. Jadi mereka bisa gunakan hasil efisiensi untuk biaya utilitas, itu untuk melakukan rekrutmen," katanya.

Lebih lanjut, Bhima juga menyoroti efektivitas program pelatihan kerja dan magang. Ia mendorong agar program magang berdampak dilengkapi dengan nota kesepahaman (MoU) antara peserta dan perusahaan, sehingga hasilnya tidak berhenti hanya pada pelatihan.

"Jadi itu harus diikat MoU perusahaan. Nah perusahaan yang menerima magang sehingga bisa menjadi rekrutmen karyawan, itu harus dikasih insentif," imbuh Bhima.

Sementara itu, Head of Macroeconomics & Market Research Permata Bank Faisal Rachman menilai stimulus yang diberikan pemerintah pada kuartal IV-2025 sebenarnya sudah cukup besar dalam mendorong daya beli.

"Namun memang ini juga perlu disertai dengan perbaikan di pasar tenaga kerja," kata Faisal.

Menurutnya, yang menjadi alasan pertumbuhan konsumsi rumah tangga belum kembali ke atas 5% seperti sebelum pandemi adalah masalah penyusutan kelas menengah Indonesia.

"Jadi stimulus untuk kaum menengah juga mungkin perlu ditingkatkan lagi," imbuhnya.

Dari sisi moneter, ia mengatakan bahwa penurunan suku bunga harus dapat ditransmisikan lebih cepat ke suku bunga kredit.

"Jadi saat ini menurut saya tinggal bagaimana pemerintah dapat terus meningkatkan confidence sektor riil, baik dari sisi tingkat kepercayaan konsumen maupun dari sisi tingkat keyakinan sektor bisnis," pungkasnya.

Baca Juga: Bersiap! Popok Hingga Tisu Basah Masuk Kajian Barang Kena Cukai

Selanjutnya: Instrumen BI-FRN Meluncur 17 November 2025, Dijual ke 20 Dealer Utama

Menarik Dibaca: Rekomendasi Destinasi Liburan di Selatan Thailand, Jajal Yuk!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×