kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemerintah berusaha agar tidak tergantung pada ekspor komoditas


Jumat, 20 April 2018 / 17:42 WIB
Pemerintah berusaha agar tidak tergantung pada ekspor komoditas
ILUSTRASI. Menko Perekonomian Darmin Nasution bersama Menperin Airlangga Hartarto


Reporter: Arsy Ani Sucianingsih | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah terus berupaya mendorong laju investasi. Terutama melalui kemudahan perizinan dengan online single submission (OSS).

Menteri koordinator Perekonomian Darmin Nasution menegaskan pemerintah tidak bisa selalu mengandalkan sektor komoditas untuk menopang pertumbuhan.  

“Ya kalau komoditas mestinya tidak terlalu lama, karena dunia juga lagi tekan menekan kalau soal dagang. Tetapi kita ya memang sedang berusaha mendorong investasi seperti insentif investasi melalui pencarian market baru dan lainnya,” ujarnya, Jumat ( 20/4).

Dengan mendorong investasi, diharapkan dapat merubah orientasi ekspor komoditas menjadi non komoditi. Sejalan mendorong pertumbuhan sektor manufaktur.

“Ya komoditas memang penting dalam ekspor kita, kita ingin ke depan non komoditas. Artinya lebih ke industri. Karena itu lebih sustain,” harapnya.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja ekspor pada Maret 2018 mencapai US$ 15,58 miliar, naik sebesar 10,24 % dibandingkan bulan sebelumnya yang senilai US$ 14,13 miliar.

Beberapa sektor tercatat mengalami kenaikan kinerja ekspor, seperti sektor pertanian naik sebesar 20,01 %, industri pengolahan naik 9,17 % serta pertambangan dan lainnya naik 22,66 %.

Peningkatan terbesar ekspor nonmigas Maret 2018 terhadap Februari 2018 terjadi pada bahan bakar mineral sebesar US$ 358,9 juta, diikuti besi dan baja sebanyak US$ 209,7 juta, dan bijih, kerak, dan abu logam sebesar US$ 133,3 juta.

Kondisi ini yang merupakan pemicu terjadinya surplus neraca perdagangan Indonesia senilai US$ 1,09 miliar, setelah pada periode Januari dan Februari 2018 mengalami defisit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×