kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.975.000   59.000   3,08%
  • USD/IDR 16.828   2,00   0,01%
  • IDX 6.403   3,08   0,05%
  • KOMPAS100 920   2,46   0,27%
  • LQ45 718   1,03   0,14%
  • ISSI 203   1,09   0,54%
  • IDX30 375   0,64   0,17%
  • IDXHIDIV20 453   -0,91   -0,20%
  • IDX80 104   0,41   0,39%
  • IDXV30 110   -0,31   -0,28%
  • IDXQ30 123   0,16   0,13%

Pembelian surat utang IMF memakai cadangan devisa


Kamis, 12 Juli 2012 / 21:39 WIB
Pembelian surat utang IMF memakai cadangan devisa
ILUSTRASI. Minggu (20/6) ada tambahan 13.737 kasus baru corona di Indonesia. Sehingga total menjadi 1.989.909 kasus positif Corona.


Reporter: Anna Suci Perwitasari |

JAKARTA. International Monetary Fund (IMF) selalu menuai kontroversi saat melibatkan Indonesia dalam sistem keuangannya. Bank Indonesia (BI) menyatakan, rencana pembelian surat utang terbitan Dana Moneter Internasional senilai US$ 1 miliar masih sangat panjang.

“Tentu saja prosesnya tidak singkat, lagi pula, dana tersebut belum tentu digunakan oleh IMF,” jelas Darmin Nasution, Gubernur BI.

Ia memaparkan, IMF berencana menerbitkan surat utang tersebut sebagai second defense atau pertahanan lapis dua. “Jika cadangan mereka sudah di bawah US$ 100 miliar, dana tersebut baru dipakai,” paparnya.

IMF berencana menerbitkan surat utang tersebut sebagai second defense atau pertahanan lapis dua.

Berdasarkan catatan BI, saat ini IMF masih memiliki dana sekitar US$ 400 miliar. Jadi, likuiditas yang berasal dari anggota senilai US$ 1 miliar bersifat optional. Penetapan besaran setoran ke IMF itu merupakan hasil kesepakatan negara-negara di kawasan ASEAN.

Tak hanya Indonesia, “Negara lain juga membeli surat utang IMF,” ungkap Darmin.

Jika jadi membeli, bank sentral berencana memakai dana cadangan devisa. Tercatat, hingga akhir Juni 2012, cadangan devisa yang disimpan BI mencapai US$ 106,5 miliar. Nilai itu setara dengan 5,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Selama ini, cadangan tersebut juga diinvestasikan ke beberapa surat utang milik negara lain seperti Amerika Serikat (AS), Australia dan Jerman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×