Reporter: Siti Masitoh | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pemangkasan suku bunga acuan atau BI-Rate dinilai hanya berfungsi sebagai peredam perlambatan ekonomi domestik yang lebih dalam, di tengah tekanan eksternal akibat kebijakan tarif perdagangan Amerika Serikat (AS).
Ekonom Danamon Hosianna Evalita Situmorang menilai, Bank Indonesia (BI) memanfaatkan momentum meredanya eskalasi perang dagang seiring kesepakatan AS dan China untuk menurunkan tarif impor selama 90 hari untuk memangkas BI-Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,50% pada Mei 2025. Langkah ini diambil guna mendorong pertumbuhan ekonomi.
Akan tetapi, ia mengingatkan bahwa stimulus fiskal juga diperlukan agar perlambatan ekonomi tidak berlanjut. Salah satunya adalah memastikan kelancaran pencairan gaji ke-13 bagi ASN, TNI, dan Polri.
Baca Juga: Dorong Pertumbuhan Ekonomi Jadi Alasan BI Pangkas Suku Bunga Jadi 5,50% pada Mei 2025
“(Proyeksi ekonomi kuartal II 2025) Di kisaran 4,4%, melambat dari tahun lalu (kuartal II 2024 5,05% yoy) dampak dari perkembangan global ini,” tutur Ana, sapaan akrab Hosianna kepada Kontan, Rabu (21/5).
Ana memproyeksikan pertumbuhan ekonomi kuartal II 2025 akan melambat menjadi 4,4% year on year (yoy), lebih rendah dibanding kuartal I 2025 yang mencapai 4,87% yoy.
Dalam kesempatan berbeda, Ekonom Senior Samuel Sekuritas Indonesia, Fithra Faisal Hastiadi juga menyampaikan bahwa pemangkasan suku bunga dapat meningkatkan ekspektasi terhadap dukungan pertumbuhan di kuartal II 2025. Ia menilai transmisi moneter yang lebih baik akan mendukung ekspansi kredit, konsumsi rumah tangga, dan investasi swasta.
Dengan inflasi yang terkendali, peningkatan belanja dan pencairan anggaran pemerintah diharapkan dapat mendorong kinerja ekonomi. Bias pelonggaran juga disebut dapat membantu menyeimbangkan dampak negatif dari kinerja lemah di kuartal I 2025, serta membuka jalan menuju pemulihan di semester II tahun ini.
Namun, Fithra menegaskan bahwa untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih jauh, dibutuhkan intervensi fiskal melalui percepatan belanja negara.
Baca Juga: BI Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI Jadi Sebesar 4,6%-5,4%, Ini Penyebabnya
“Spending (belanja pemerintah) harus digenjot, sehingga minimal (ekonomi kuartal II 2025) bisa tumbuh 4,95% yoy," kata Fithra.
Lebih lanjut, ia mengingatkan adanya risiko penurunan pertumbuhan ekonomi akibat perlambatan global dan potensi depresiasi nilai tukar rupiah, yang bisa menghambat kinerja perdagangan internasional.
“Dengan demikian, kami mempertahankan estimasi pertumbuhan PDB 2025 kami pada 4,8%, masih di bawah rata-rata 10 tahun Indonesia tidak termasuk tahun pandemi sebesar 5,07%, tetapi lebih tinggi dari perkiraan Bank Dunia dan IMF sebesar 4,7%,” tandasnya.
Selanjutnya: Ekonom DBS: Perang Dagang Belum Jadi Ancaman Serius bagi Indonesia
Menarik Dibaca: Cara Membuat Parfum Sendiri dari Essential Oil, Gampang Banget
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News