kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45910,98   -12,52   -1.36%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Outlook Bank Dunia tahun 2020: Konsumsi lebih lambat


Rabu, 11 Desember 2019 / 17:11 WIB
Outlook Bank Dunia tahun 2020: Konsumsi lebih lambat
ILUSTRASI. Lead Country Economist untuk Indonesia Frederico Gil Sander


Reporter: Grace Olivia | Editor: Handoyo .

Sementara, sumber pertumbuhan dari net ekspor belum dapat diandalkan mengingat ketegangan perdagangan global masih akan berlanjut hingga tahun depan. Baik pertumbuhan ekspor maupun impor barang dan jasa Indonesia diramal tetap tertekan, yaitu tumbuh masing-masing hanya 1,5% dan 0,5% di tahun 2020. 

Oleh karena itu, Frederico mengatakan, perbaikan pertumbuhan investasi menjadi salah satu kunci pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil di tahun depan. Bank Dunia secara umum memandang, pertumbuhan investasi Indonesia akan meningkat ke level 5% di 2020.  

Proyeksi itu lebih baik dari proyeksi pertumbuhan investasi tahun ini yang hanya sebesar 4,5%, tetapi tetap lebih rendah dari capaian pertumbuhan investasi pada 2018 yang sebesar 6,7%. 

Baca Juga: Siapkan tenaga profesional di industri fintech, BRI Institute gandeng Investasikita

Frederico menilai, meningkatnya pertumbuhan investasi sejalan dengan perbaikan sentimen bisnis di dalam negeri yang didorong oleh wacana reformasi ekonomi oleh pemerintah.

Selain itu, ketidakpastian politik yang berkurang pasca pembentukan kabinet baru dan biaya pinjaman yang lebih murah di tengah tren suku bunga rendah juga menjadi tambahan katalis investasi di tahun depan. 

Meski begitu, Acting Country Director Bank Dunia untuk Indonesia  Rolande Simone Pryce mengingatkan bahwa risiko terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tinggi di tengah gejolak perekonomian global dan perang dagang yang berkelanjutan ini. 

Baca Juga: Bank Dunia catat kerugian Indonesia akibat kebakaran hutan mencapai Rp 72,95 triliun

Risiko utama negara ekonomi berkembang seperti Indonesia ialah potensi arus keluar modal yang besar saat terjadi gejolak eksternal. 

“Dengan masih adanya perang dagang, perlambatan ekonomi China, Eropa, dan Amerika Serikat (AS), Indonesia rentan menghadapi risiko eksternal dan menyebabkan arus modal keluar,” tutur Rolande. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×