kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Neraca Dagang Indonesia Tahun Depan Berpotensi Defisit, Ini Pemicunya


Senin, 17 Oktober 2022 / 09:10 WIB
Neraca Dagang Indonesia Tahun Depan Berpotensi Defisit, Ini Pemicunya
Suasana bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (26/9/2022). Neraca Dagang Tahun Depan Terancam Defisit.


Reporter: Bidara Pink, Dendi Siswanto, Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Neraca perdagangan pada bulan September 2022 masih berpotensi surplus. Namun neraca dagang pada tahun depan diprediksi berpotensi defisit karena meningkatkan impor seturut pemulihan ekonomi.

Potensi surplus perdagangan pada bulan September diprediksi tidak setinggi Agustus 2022 yang mencetak rekor surplus tertinggi US$ 5,7 miliar.

Para ekonom memprediksi, surplus neraca perdagangan di periode tersebut berada di kisaran US$ 4,8 miliar sampai dengan US$ 5,15 miliar.

David Sumual, ekonom Bank Central Asia (BCA) menilai, menyusutnya neraca perdagangan di bulan September 2022 dipicu penurunan kinerja ekspor bulanan. Salah satunya adalah penurunan harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO).

Baca Juga: Neraca Perdagangan September 2022 Diprediksi Masih Surplus, Ini Pendorongnya

Harga CPO memang sudah mulai menunjukkan tren menurun sejak Juni kemarin. Di bursa komoditi Rotterdam, harga CPO per 3 Juni 2022 sempat menyentuh angka US$ 1.758 per metrik ton. Tapi, per 14 Oktober 2022, harga CPO nyungsep hingga di angka US$ 1.005 per metrik ton.

Artinya, kurang dari empat bulan, harga CPO di bursa Rotterdam ambles 43%. "Ekspor melambat dan harga komoditas mineral dan CPO juga melandai sejak Juni 2022," katanya kepada KONTAN.

Selain terjadi penurunan ekspor, menurunnya surplus neraca dagang juga dipengaruhi masih berlanjutnya pertumbuhan impor di periode September 2022. Josua Pardede, ekonom Bank Permata, memperkirakan, laju impor masih akan meningkat.

Baca Juga: Surplus Neraca Perdagangan Diperkirakan Bakal Turun Pada September 2022

Menurut hitungannya, nilai impor pada September 2022 sebesar US$ 22,36 miliar, atau naik 0,94% secara bulanan serta terdongkrak 37,81% secara tahunan.

Peningkatan impor tersebut didorong naiknya aktivitas manufaktur pada bulan September 2022. Ini tercermin dari PMI Manufaktur yang sebesar 53,7 atau naik dari 51,7 di Agustus.

Yang menjadi kekhawatiran para ekonom adalah prospek ekspor impor Indonesia ke depannya.

Kepala Ekonom BNI Sekuritas Damhuri Nasution mencatat, indikator ekonomi atau Leading Economic Indicator (LEI) negara tujuan ekspor Indonesia bisa mengalami kemunduran dalam waktu dekat. Apalagi LEI tersebut sudah anjlok sebesar 6,4% selama setahun.

Menurutnya, LEI Amerika Serikat, Jepang, China, Eropa, India, Thailand, dan Malaysia berada dalam tekanan inflasi yang tinggi, dan kebijakan moneter yang makin ketat.

Sementara Teuku Riefky, ekonom makroekonomi dan pasar keuangan LPEM FEB Universitas Indonesia melihat, tren pelemahan rupiah yang tengah terjadi saat ini bisa membuat nilai impor Indonesia semakin bertambah besar. Imbasnya tentu saja bisa menggerus surplus neraca dagang.

Baca Juga: Memilah Valas Murah Layak Koleksi

"Jadi proyeksi ke depan, surplus neraca dagang bakal terus berkurang," katanya.

David sendiri masih meyakini, jika neraca dagang Indonesia masih bisa mencatatkan surplus hingga akhir tahun 2022 ini. Besarannya mencapai US$ 40 miliar, lebih besar dari tahun lalu yang sebesar US$ 35,34 miliar.

Namun, era surplus neraca dagang bakal berbalik defisit di kuartal I-2023 karena melonjaknya impor. Lonjakan ini efek makin kencangnya permintaan masyarakat.

Kata David, ini melambangkan proses pemulihan ekonomi dalam negeri tetap bergulir. Namun, di sisi lain, tren harga komoditas semakin menurun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×