Reporter: Bidara Pink, Dendi Siswanto, Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
Kepala Ekonom BNI Sekuritas Damhuri Nasution mencatat, indikator ekonomi atau Leading Economic Indicator (LEI) negara tujuan ekspor Indonesia bisa mengalami kemunduran dalam waktu dekat. Apalagi LEI tersebut sudah anjlok sebesar 6,4% selama setahun.
Menurutnya, LEI Amerika Serikat, Jepang, China, Eropa, India, Thailand, dan Malaysia berada dalam tekanan inflasi yang tinggi, dan kebijakan moneter yang makin ketat.
Sementara Teuku Riefky, ekonom makroekonomi dan pasar keuangan LPEM FEB Universitas Indonesia melihat, tren pelemahan rupiah yang tengah terjadi saat ini bisa membuat nilai impor Indonesia semakin bertambah besar. Imbasnya tentu saja bisa menggerus surplus neraca dagang.
Baca Juga: Memilah Valas Murah Layak Koleksi
"Jadi proyeksi ke depan, surplus neraca dagang bakal terus berkurang," katanya.
David sendiri masih meyakini, jika neraca dagang Indonesia masih bisa mencatatkan surplus hingga akhir tahun 2022 ini. Besarannya mencapai US$ 40 miliar, lebih besar dari tahun lalu yang sebesar US$ 35,34 miliar.
Namun, era surplus neraca dagang bakal berbalik defisit di kuartal I-2023 karena melonjaknya impor. Lonjakan ini efek makin kencangnya permintaan masyarakat.
Kata David, ini melambangkan proses pemulihan ekonomi dalam negeri tetap bergulir. Namun, di sisi lain, tren harga komoditas semakin menurun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News