kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Neraca dagang Februari diperkirakan surplus besar


Senin, 14 Maret 2016 / 11:30 WIB
Neraca dagang Februari diperkirakan surplus besar


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Selasa besok (15/3), Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan neraca dagang Indonesia bulan Februari. Bank Indonesia (BI) memprediksi pada Februari 2016, Indonesia bakal mengalami surplus perdagangan.

Pasalnya, BI melihat adanya perbaikan ekspor. Sementara untuk impor, diperkirakan mengalami penurunan.

Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung mengatakan, neraca perdagangan Februari 2016 berpotensi surplus besar. BI memproyeksi nilai surplus bisa mencapai US$ 1,1 miliar, jauh lebih besar daripada surplus neraca perdagangan pada Januari 2016 sebesar US$ 50,6 juta.

Menurut Juda, secara bulanan, ekspor tercatat positif. Hal tersebut dipengaruhi oleh kenaikan harga pada sejumlah komoditas. "Misalnya karet, ekspor barang logam, juga ekspor perhiasan," kata Juda, akhir pekan lalu.

Pada Januari lalu ekspor tercatat sebesar US$ 10,5 miliar, turun 11,88% dibanding bulan sebelumnya, dan turun 20,72% dibanding periode yang sama tahun 2015.

Menurut data BPS, Januari lalu, dari 22 komoditas ekspor, harga lima komoditas diantaranya telah mengalami kenaikan dibandingkan bulan sebelumnya. Seperti harga kopra yang naik 0,53%, palm kernel oil naik 5,55%, udang naik 4,35%, emas 2,81%, dan beras 1,6%. Sementara harga 17 komoditas lainnya masih mengalami penurunan.

BPS juga mencatat, pada Januari lalu nilai ekspor sejumlah komoditas membaik, yaitu komoditas manufaktur. Misalnya barang perhiasan yang naik 194% dibanding bulan sebelumnya, alas kaki naik 105%, mesin untuk keperluan khusus naik 31,2%, barang logam naik 56,06%, dan konstruksi berat naik 42,46%.

BI juga memprediksi harga sejumlah komoditas ekspor tahun ini akan membaik. Sepanjang 2016, BI memperkirakan penurunan pada komoditas utama ekspor Indonesia hanya sebesar 10%. Angka ini jauh lebih baik dibandingkan dengan proyeksi penurunan harga komoditas utama ekspor oleh BI pada tahun lalu yang mencapai 16%. "Beberapa komoditas misalnya CPO, turunnya sudah tidak sedrastis sebelumnya," tambah dia.

Di sisi lain, BI juga memproyeksi kinerja impor Februari lalu akan mencatat negatif dibandingkan bulan sebelumnya. Impor migas, tercatat negatif akibat harga minyak yang masih melemah.

Januari lalu, nilai impor tercatat sebesar US$ 10,45 miliar. Angka tersebut turun 13,48% dibanding bulan sebelumnya dan turun 17,15% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Berdasarkan kelompok penggunaan barang, impor barang modal Februari masih mencatatkan negatif dibandingkan bulan sebelumnya. Padahal, dari sisi pemerintah, belanja modal akhir Februari 2016 sebesar Rp 5,4 triliun. Realisasi ini merupakan terbesar dibanding tiga tahun terakhir. "Ini mungkin untuk infrastruktur, lebih banyak menggunakan barang dari domestik," ungkapnya.

Menurut Juda, kinerja ekspor tahun ini bisa membaik namun belum bisa mengalami peningkatan secara cepat. Sebab BI melihat, kondisi ekonomi global masih melemah.

Belum tentu surplus

Saat ini Indonesia juga masih memiliki kesempatan untuk melakukan diversifikasi negara-negara yang menjadi tujuan ekspor. Sementara untuk menggeser tumpuan produk ekspor masih sulit, lantaran banyak negara di Eropa mengalami pelambatan ekonomi.

BI boleh saja optimistis dengan neraca perdagangan di Februari. Namun tidak demikian dengan ekonom Bank Pembangunan Singapura atau Development Bank of Singapore (DBS) Gundy Cahyadi. Ia justru memproyeksi neraca perdagangan Februari masih akan mengalami defisit.

Gundy memperkirakan defisit neraca perdagangan RI sekitar US$ 0,1 miliar. Defisit tersebut terjadi lantaran kinerja ekspor yang turun lebih dalam. Yakni sebesar 14,7% year on year (YoY) dibandingkan dengan kinerja impor yang turun 8,8% YoY.

Yang pasti, jika benar Februari neraca perdagangan mengalami surplus, dampaknya, cadangan devisa akan mengalami kenaikan dari data per akhir Februari sebesar US$ 104,5 miliar. Sebelumnya, surplus perdagangan belum bisa mendorong kenaikan cadangan devisa karena surplus dagang yang kecil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×