Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
Sementara itu, Ekonom BCA David Sumual memprediksi neraca dagang November 2019 akan mengalami defisit di kisaran US$ 150 juta. Hal ini disebabkan oleh pola musiman tentang kenaikan impor pada bulan Oktober 2019 dan November 2019 menjelang akhir tahun.
Sedangkan dari sisi ekspor, David melihat tidak ada dorongan yang signifikan, tetapi cukup terbantu dari harga crude palm oil (CPO) yang meningkat sehingga bisa menaikkan nilai ekspor CPO Indonesia.
Baca Juga: Ekonom Bank Permata prediksi neraca dagang November 2019 surplus, ini pertimbangannya
Untuk ke depannya, David berharap bahwa neraca perdagangan Indonesia bisa lebih baik. Hal ini juga didorong oleh adanya penurunan tensi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang ditunjukkan dengan kesepakatan pada fase pertama. David memandang ini merupakan prospek yang bagus bagi ekspor Indonesia.
Selain itu, Pemerintah juga menerapkan kebijakan untuk menerapkan program campuran minyak nabati 30% untuk biodiesel (B30) pada tahun 2020 dan memulai untuk membeli langsung kebutuhan migas langsung ke produsen.
Baca Juga: Revisi UU Perdagangan masuk Program Legislasi Nasional
"Saya sangat setuju dengan keputusan itu. Ini bisa mengurangi value impor kita, apalagi migas adalah komponen paling besar dalam impor kita. Semoga langkah tersebut bisa memperbaiki neraca perdagangan kita dalam jangka menengah panjang," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News