kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Negosiasi Tarif dengan AS, Pemerintah Harus Perhatikan Industri Dalam Negeri


Minggu, 20 April 2025 / 13:48 WIB
Negosiasi Tarif dengan AS, Pemerintah Harus Perhatikan Industri Dalam Negeri
ILUSTRASI. Pemerintah tengah melakukan negosiasi dengan pemerintah Amerika Serikat (AS) terkait tarif resiprokal yang diberikan AS atas barang-barang dari Indonesia.


Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pemerintah tengah melakukan negosiasi dengan pemerintah Amerika Serikat (AS) terkait tarif resiprokal yang diberikan AS atas barang-barang dari Indonesia.

Dalam negosiasi itu, Indonesia salah satunya menawarkan untuk menambah beberapa impor dari AS.

Kepala Pusat Industri, Perdagangan dan Investasi Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Andry Satrio Nugroho mengatakan, pemerintah perlu mengedepankan industri dalam negeri yang saat ini menghadapi tekanan banjir barang impor.

“Jangan sampai kita lebih fokus memberikan keinginan yang diminta investor asing dalam hal ini berasal dari AS. Tapi, mengabaikan pelaku industri domestik yang sedang kesulitan menghadapi tekanan ekspor ke US maupun di dalam negeri mendapatkan gempuran impor,” ujarnya kepada KONTAN, Minggu (20/4).

Baca Juga: Negosiasi dengan AS, Indonesia Ingin Produk Home Appliance Bebas Tarif Trump

Andry menilai, hal paling mendesak saat ini adalah memberikan insentif langsung kepada sektor yang terdampak kenaikan tarif AS. Dia mencontohkan, Jerman dan Jepang memberikan keringanan pajak penghasilan untuk sektor manufaktur dan kemudahan ekspor.

Selain itu, Korea Selatan menyeluruhkan dana stimulus untuk industri padat karya agar tak terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) besar.

“Nah Indonesia menurut saya bisa melakukan pendekatan yang kurang lebih sama. Memang kita harapkan hal ini terjadi bukan semata-mata mencoba untuk merayu AS dengan pelonggaran kebijakan domestik tapi kita ingin juga memperkuat industri,” terangnya.

Andry menambahkan, terdapat bebera hal yang bisa dipetik dari dampak kenaikan tarif impor AS ini. Di antaranya, Indonesia tidak bisa mengandalkan mitra dagang hanya pada satu negara saja.

Pasalnya, jika negara tersebut mengalami ketidakstabilan ekonomi yang mengakibatkan rantai pasok terganggu sehingga perlu waktu untuk penyesuaiannya dan biaya yang besar.

“Menurut saya pemerintah harus mendorong ini dengan dukungan yang cukup besar untuk mendiversifikasi pasar ekspor,” tandasnya.

Baca Juga: IMF Tegaskan Tarif Trump Tidak Sebabkan Resessi Global, Tapi Ketidakpastian Tinggi

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menyampaikan sejumlah tawaran kepada AS dalam rangka negosiasi kenaikan tarif yang dikenakan ke Indonesia sebesar 32%.

Tawaran tersebut antara lain, meningkatkan pembelian energi, produk pertanian, dan Engineering, Procurement, Construction (EPC), memberikan insentif dan fasilitas bagi perusahaan AS-RI.

Selanjutnya, membuka dan mengoptimalkan kerja sama critical mineral, memperlancar prosedur dan proses impor untuk produk AS serta mendorong investasi strategis dengan skema business to business (B2B).

Tak hanya itu, Indonesia juga menyampaikan pentingnya memperkuat kerja sama pendidikan, sains, ekonomi digital, dan financial services, penetapan tarif yang lebih rendah dari negara kompetitor untuk produk ekspor utama yang tidak akan bersaing dengan industri dalam negeri di AS seperti garmen, alas kaki, tekstil, furnitur, dan udang.

Serta juga menyampaikan pentingnya memastikan ketahanan rantai pasok dari produk strategis dalam menjaga economic security.

Lebih lanjut, Airlangga mengatakan, target negosiasi yang sedang berjalan ini yang penting Indonesia mendapatkan tarif yang lebih rendah dan tarif yang diberlakukan untuk Indonesia ini seimbang dengan negara-negara lain.

Selanjutnya: Telkom Indonesia (TLKM) Bukukan Laba Bersih Rp 23,64 Triliun pada Tahun 2024

Menarik Dibaca: Manfaat Konsumsi Kunyit untuk Mengobati Asam Lambung

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×