Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
Hal ini berkaitan dengan kemungkinan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) dalam menaikkan suku bunganya di paruh kedua tahun depan. Ini bisa menyebabkan keluarnya arus modal asing dari pasar keuangan dalam negeri.
Selain menggerus nilai cadangan devisa, ini juga bisa menyebabkan ketidakpastian pergerakan nilai tukar rupiah.
Selain itu, risiko masih datang dari varian baru Covid-19 yaitu Omicron serta banyak lembaga internasional yang berencana memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun depan, apalagi kalau banyak negara melakukan kuncitara.
Baca Juga: BI targetkan surplus operasional pada tahun 2022 sebesar Rp 14,12 triliun
Dengan kondisi tersebut, David tetap yakin BI masih bisa menjaga cadangan devisa tetap tambun karena BI memiliki instrumen yang cukup banyak.
Selain itu, penghasilan devisa migas masih mumpuni, sertifikat valas, swap valas, dan bahkan penarikan ULN pemerintah dalam mata uang asing juga akan tercatat ke cadangan devisa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News