Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dengan penyebaran wabah Covid-19 yang memuncak di Eropa dan Amerika Serikat (AS) setelah Asia, Morgan Stanley memproyeksi perekonomian dunia akan memasuki resesi pada paruh pertama tahun ini sebagai dampak dari disrupsi dan dislokasi ekonomi serta pasar.
Resesi global tersebut ditandai dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang mengalami kontraksi secara kuartalan di semester I-2020.
Menurut skenario base case, Morgan Stanley memperkirakan pertumbuhan ekonomi global terkontraksi pada level -0,3% yoy pada kuartal pertama dan -0,6% yoy pada kuartal kedua ini.
Baca Juga: Morgan Stanley prediksi BI akan gunting suku bunga 75 bps hingga akhir kuartal II
Pasalnya dalam beberapa hari terakhir, situasi penyebaran Covid-19 di Italia, Eropa secara luas, dan Amerika Serikat semakin memburuk.
Kerusakan ekonomi diyakini akan menjadi serius saat pemerintah dan perusahaan sektor swasta menerapkan karantina dan social-distancing yang ketat demi menghambat penyebaran virus.
"Resesi global pada tahun 2020 menjadi kasus basis penelitian Morgan Stanley . Kami memprediksi pertumbuhan global tahun 2020 akan menurun ke 0,9% yoy atau yang terendah sejak krisis keuangan global pada tahun 2009, di mana saat itu pertumbuhan global mencapai titik terdasar di -0,5% yoy,” tulis Kepala Ekonom Global Morgan Stanley Chetan Ahya dalam risetnya, Rabu (18/3).
Kondisi perekonomian saat ini, lanjut Chetan, juga diakui lebih buruk dibandingkan dengan periode tahun 2001 lalu.
Baca Juga: Morgan Stanley: Kejatuhan harga minyak memperburuk perekonomian global
Meskipun respon kebijakan akan memberikan perlindungan downside (jaring pengaman nilai investasi), kerusakan mendasar dari dampak Covid-19 serta semakin ketatnya kondisi finansial akan memberikan benturan berarti pada perekonomian global.
Ekonomi China diprediksi akan mengalami kondisi terburuk pada kuartal I-2020 dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi -5% yoy.
Namun pada kuartal kedua dan seterusnya, perekonomian China diperkirakan akan mulai berekspansi sehingga sepanjang tahun ini kemungkinan mencatat pertumbuhan 4% yoy.
Sementara negara lainnya, seperti AS, Eropa, dan negara emerging markets diproyeksi akan mengalami kondisi terburuk pada kuartal II-2020. Ekonomi AS akan mengalami kontraksi -4% yoy di kuartal kedua, dan pulih secara lambat sehingga akhir tahun diprediksi tumbuh 0,6% yoy.
Baca Juga: Redam virus corona, Thailand batalkan pemberian visa kedatangan untuk 18 negara
Adapun Morgan Stanley melihat Eropa sebagai kawasan yang akan paling terdampak dengan pertumbuhan setahun penuh berkontraksi di -5,0% yoy. Kondisi pertumbuhan ekonomi terburuk Eropa ialah pada kuartal II-2020 di mana proyeksinya bisa terkontraksi dalam hingga -12,3% yoy.
Untuk Indonesia, Morgan Stanley memprediksi pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun ini hanya akan mencapai 4,6% yoy. Pertumbuhan terburuk akan terjadi di kuartal II-2020 yaitu hanya sebesar 4,2% yoy.
Adapun ke depan, risiko berupa berlanjutnya Covid-19 dikhawatirkan akan berdampak buruk bagi kredit pasar. Morgan Stanley memantau dua faktor risiko utama, yaitu durasi Covid-19-terkait disrupsi ekonomi, dan durasi dislokasi dalam pasar finansial terutama kredit.
Baca Juga: Cegah penyebaran virus corona, simak rencana kontigensi yang dilakukan Wall Street
"Jika disrupsi yang diakibatkan Covid-19 berlanjut hingga kuartal III-2020, resesi yang lebih dalam akan terjadi dengan rata-rata pertumbuhan global 2020 sebesar -0,6% yoy,” tulis Chetan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News