Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli
Meskipun respon kebijakan akan memberikan perlindungan downside (jaring pengaman nilai investasi), kerusakan mendasar dari dampak Covid-19 serta semakin ketatnya kondisi finansial akan memberikan benturan berarti pada perekonomian global.
Ekonomi China diprediksi akan mengalami kondisi terburuk pada kuartal I-2020 dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi -5% yoy.
Namun pada kuartal kedua dan seterusnya, perekonomian China diperkirakan akan mulai berekspansi sehingga sepanjang tahun ini kemungkinan mencatat pertumbuhan 4% yoy.
Sementara negara lainnya, seperti AS, Eropa, dan negara emerging markets diproyeksi akan mengalami kondisi terburuk pada kuartal II-2020. Ekonomi AS akan mengalami kontraksi -4% yoy di kuartal kedua, dan pulih secara lambat sehingga akhir tahun diprediksi tumbuh 0,6% yoy.
Baca Juga: Redam virus corona, Thailand batalkan pemberian visa kedatangan untuk 18 negara
Adapun Morgan Stanley melihat Eropa sebagai kawasan yang akan paling terdampak dengan pertumbuhan setahun penuh berkontraksi di -5,0% yoy. Kondisi pertumbuhan ekonomi terburuk Eropa ialah pada kuartal II-2020 di mana proyeksinya bisa terkontraksi dalam hingga -12,3% yoy.
Untuk Indonesia, Morgan Stanley memprediksi pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun ini hanya akan mencapai 4,6% yoy. Pertumbuhan terburuk akan terjadi di kuartal II-2020 yaitu hanya sebesar 4,2% yoy.
Adapun ke depan, risiko berupa berlanjutnya Covid-19 dikhawatirkan akan berdampak buruk bagi kredit pasar. Morgan Stanley memantau dua faktor risiko utama, yaitu durasi Covid-19-terkait disrupsi ekonomi, dan durasi dislokasi dalam pasar finansial terutama kredit.
Baca Juga: Cegah penyebaran virus corona, simak rencana kontigensi yang dilakukan Wall Street
"Jika disrupsi yang diakibatkan Covid-19 berlanjut hingga kuartal III-2020, resesi yang lebih dalam akan terjadi dengan rata-rata pertumbuhan global 2020 sebesar -0,6% yoy,” tulis Chetan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News