Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Subsidi energi berpotensi membengkak jika harga minyak meningkat melebihi asumsi yang ada.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan, saat ini pemerintah memiliki tiga skenario untuk pergerakan harga minyak.
"Ada worst case (skenario terburuk), good case (skenario baik) sama normal. Kalau normal kita US$ 100 per barel, kalau worst case bisa jadi US$ 200 per barel," ungkap Arifin di di Jakarta Convention Center (JCC), Rabu (27/7).
Baca Juga: Menteri ESDM Pastikan Harga Pertamax Belum akan Dinaikkan
Arifin menjelaskan, jika harga minyak mencapai skenario terburuk atau berada pada level US$ 200 per barel maka subsidi energi akan mencapai dua kali lipat dari angka saat ini. Asal tahu saja, saat ini besaran subsidi dan kompensasi energi untuk tahun 2022 dialokasikan mencapai Rp 502,4 triliun.
Demi mencegah agar subsidi tak kian membengkak, pemerintah kini tengah merevisi Perpres 191/2014 terkait pembatasan penjualan BBM Subsidi. Arifin menjelaskan, saat ini izin prakarsa untuk merevisi aturan pembelian BBM Subsidi alias Perpres 191/2014 sudah diperoleh.
"Izin prakarsa sudah dikeluarkan. Insyaallah (Agustus) kita harus kerja cepat ini. Item-item (pengaturan) sudah ada," ungkap Arifin.
Kendati demikian, Arifin masih enggan merinci lebih jauh item-item usulan untuk pengendalian pembelian Pertalite tersebut. Menurutnya, pemerintah kini tengah berfokus untuk menindaklanjuti izin prakarsa yang sudah terbit.
Baca Juga: Izin Prakarsa Keluar, Menteri ESDM Sebut Aturan Pembelian Pertalite Berlaku Agustus
Arifin memastikan, revisi beleid pembelian BBM Subsidi ini sebagai upaya pemerintah menjamin distribusi subsidi tepat sasaran. Adapun, distribusi BBM Subsidi kini dibayangi potensi jebolnya kuota yang telah ditetapkan. Selain itu, sejauh ini belum ada realisasi penambahan kuota dari pemerintah. Meski demikian, Arifin memastikan pasokan BBM akan tetap dijaga.
"Kita jamin pasokan. Selama ini kita selalu menjamin adanya BBM cuman kan (penyaluran) BBM harus tepat sasaran," pungkas Arifin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News