Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menyampaikan bahwa untuk mengatasi masalah banjir Ibu Kota Negara semua bertanggung jawab baik Pemerintah Pusat maupun Provinsi.
“Jangan dibeda-bedakan kewenangannya karena ini ibu kota negara, semua bertanggung jawab. Yang penting jangan ada duplikasi pekerjaan. Ini yang dari dulu. Saya ini kan di PU kan sejak kepala seksi, kepala seksi, kepala subdit, direktur, Dirjen SDA, jadi saya kenal semua dengan Kepala Dinas SDA provinsi. Ketemunya pun di lapangan, pasti di Manggarai jam 2 malam, jam 6 pagi, pasti ketemu kalau pas kondisi hujan begini,” ujar Menteri PUPR, Selasa (25/2) dilansir dari laman Setkab.
Komitmennya, menurut Menteri PUPR, jangan ada yang duplikasi sehingga pompa mana saja yang datang itu duluan, karena ini ibu kota negara.
“Itu kan kewenangan itu hanya untuk supaya sistematika saja tetapi kalau dalam kondisi darurat banjir nah itu kita harus semua bertanggung jawab,” ujarnya.
Baca Juga: Asdeki perkirakan kerugian akibat banjir bisa ratusan miliar
Lebih lanjut, Menteri PUPR menyampaikan bahwa kondisi sungai, Selasa (25/2) kemarin, yang status siaga 2 hanya di Pintu Air Manggarai dan Karet, yang lainnya masih 4 dan 3.
“Jadi itu kesimpulannya memang drainasenya yang mungkin kapasitas drainasenya yang lebih kecil dari volume air, intensitas hujannya,” tambahnya.
Kementerian PUPR, menurut Basuki, sekarang sedang membuat pompa yang di Sentiong, jadi di hilir pompa Ancol, dibuat open sekarang ini sehingga kalau air pasang masuk ke sini, makanya Kali Item sekarang banjir.
“Nah ini nanti kita bikin, sudah lelang sekarang, kita bikin pintu sehingga kalau air masuk ke sini kita pompa sehingga air laut sudah enggak bisa lagi masuk. Itu mudah-mudahan tahun depan sudah selesai itu karena masang besar sekali pompanya, saya lupa kapasitasnya tetapi itu pompa banjir yang besar, hampir Rp600 miliar biaya konstruksinya,” tambahnya.
Kalau yang di Kemayoran, menurut Menteri PUPR, sudah di-review semua drainase sistemnya, termasuk sudah dibesarkan kapasitas untuk Embung Kemayorannya.
Baca Juga: Bisa ambil cuti 1 bulan saat banjir, PNS tetap dapat gaji dan tunjangan
“Makanya sekarang yang underpass-nya agak sedikit berkurang, 2,4 meter kan tebalnya, karena sebagian sudah bisa masuk ke Embung Kemayoran kemudian kita pompa. Saya kira yang perlu kita sentuh sekarang adalah memang drainasenya kapasitasnya harus, minimal harus dibersihkan semua,” kata Menteri PUPR.
Selain itu, menurut Menteri PUPR sekarang disiapkan pompa-pompa yang mobile lebih banyak. ”Saya kira. kan saya sudah dengan Pak Erick, Menteri BUMN, saya minta BUMN karya untuk membeli pompa-pompa mobile, menjadi asetnya mereka tetapi pada saat begini kita akan memanfaatkan bersama,” ujarnya.
Pompa-pompa tersebut, menurut Menteri PUPR semua nantinya diserahkan kepada Gubernur sebagaimana jalan nasional agar dapat di-manage dalam satu tangan.
“Pompa-pompa yang dikerjakan oleh APBN itu ada 104 sistem pompa, Pluit, Ancol, Melati, Karet, itu semua APBN, kita serahkan supaya dikelola mereka. Makanya kami tidak mau bangun lagi yang di Kali Item, enggak masalah,” tambahnya.
Soal Banjir Bekasi
Sementara itu, mengenai banjir Bekasi, Menteri PUPR menyampaikan bahwa secara sistem memang belum disentuh, namun dari posisi itu ada Sungai Cileungsi dan Sungai Cikeas di hulunya menjadi Kali Bekasi.
“Jadi kan begini. Gini ya, ini Kali Cikeas, Kali Cileungsi, masuk ke Bekasi, terus Bendung Bekasi, langsung ke Hulu. Ini baru kita tangani per ruas-per ruas. Tapi kami sudah punya desainnya untuk keseluruhan,” imbuhnya.
Baca Juga: PLN: 1.790 gardu terdampak banjir kembali menyala
Saat ini, menurut Menteri PUPR sedang dilakukan value engineering karena ini dikerjakan oleh konsultan jadi di-review apakah sudah benar, termasuk cost-nya.
“Hitungan pertama konsultan itu Rp4,4 triliun untuk membangun, untuk memperbaiki Kali Bekasi dari hulu sampai hilir, termasuk membangun Bendungan Narogong. Ya ada di sana ada Bendungan Narogong,” sambungnya.
Di atasnya ada perumahan Nusa Indah yang di daerah cekungan, menurut Menteri Basuki, harus direlokasi karena itu memang daerah cekungan. “Dulu daerah pengambilan galian C tapi katanya dibikin rumahan. Jadi itu cekungan. Jadi ini menurut Bu Bupati Bogor yang sekarang,” kata Menteri PUPR.
Ia mengaku telah meminta Bupati bicara/dialog dengan masyarakatnya. ”Kalau mau direlokasi kita bikinkan rusun/apartemen di sana sehingga mereka pindah itu bisa dipakai untuk pengendalian banjir,” ujarnya.
Baca Juga: Menjaga kesehatan tubuh saat kebanjiran, berikut tipsnya
Saat ini, menurut Menteri PUPR, ada jarak sekitar 6 kilometer yang sudah siap tanahnya untuk dikerjakan. “Kami dengan Kabupaten Bogor, dengan Kota Bekasi bekerjasama untuk itu, oke. Mudah-mudahan 2-3 tahun selesai semuanya,” ujarnya.
Titik lokasi yang di Bekasi, relatif banyak menurut Menteri PUPR, seperti Kemang IFI, Kemang Pratama yang sudah diperbaiki semua, dan sekarang kan aman ini. Ia menambahkan begitu tadi pagi (25/2) habis subuh deras sekali setelah dihubungi di sana, aman enggak ada yang masuk air.
“Tapi ada 1 sungai kecil di sekolah di Kemang Pratama. Itu termasuk yang sudah kita tutup jadi enggak ada, Per ruas-per ruas, Kemang IFI, kemudian Kartini, di Perumahan Kartini juga malah pompanya sudah kita perbaiki semuanya,” pungkas Menteri Basuki.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News